"Kaum perempuan harus ikut bergerak, bersatu, dan bekerja keras dalam memerangi paham negatif tersebut," kata Anggia di Jakarta, Selasa.
Apalagi, lanjut dia, penyebaran paham radikal terorisme di kalangan perempuan kini sudah tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Kelompok teroris juga menjadikan kaum perempuan sebagai martir atau "pengantin" untuk melakukan aksi terorisme.
Menurut dia, ada banyak hal yang bisa dilakukan kaum perempuan untuk berperan aktif dalam pencegahan terorisme, misalnya turut mengedukasi masyarakat mengenai ancaman terorisme.
Kaum perempuan, tambahnya, juga bisa mengambil bagian dalam deteksi dini terhadap ancaman terorisme di lingkungan dan komunitas masing-masing.
Perempuan juga bisa menutup peluang kelompok teroris merekrut lebih banyak pengikut dengan membentengi anaknya dari pengaruh paham radikal terorisme dengan menanamkan nilai-nilai agama yang benar dan nilai-nilai kebangsaan.
"Dengan memiliki pemahaman agama dan kebangsaan yang benar sejak kecil otomatis seorang anak akan lebih kebal dalam menghadapi pengaruh paham radikal terorisme," kata dia.
Fatayat NU, kata Anggia, kini sedang mengembangkan dakwah berbasis keluarga serta terus membekali dan memperdalam para dai-dai wanita tentang pengetahuan dan ancaman radikalisme terorisme.
"Pada Hari Kartini, 21 April besok, kami akan melantik 1.000 Daiyah Anti Radikalisme Fatayat NU di Bandung," kata Anggi.
Mengingat penyebaran paham radikal terorisme kini juga memanfaatkan teknologi informasi, khususnya media internet dan media sosial, Anggia mengimbau kaum ibu untuk melek teknologi sehingga bisa mengawasi anaknya dengan lebih baik.
"Mau tidak mau, kaum ibu harus ikut gaul menggunakan medsos, paling tidak memantau anak-anak kita saat menggunakan gadget," kata dia.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017