"Ada unsur penelitian di dunia kampus. Umaha bersama beberapa universitas mengidentifikasi radikalisme di perguruan tinggi sekaligus formulanya," kata Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius disela Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNPT-Umaha di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, saat ini tidak ada lini yang benar-benar steril dari radikalisme, termasuk dunia pendidikan. Beberapa kasus membuktikan para pelaku radikal berasal dari golongan ekonomi mampu dan berpendidikan cukup, bahkan beberapa di antaranya sudah bergelar akademis doktor.
Untuk itu, Suhardi berharap riset kampus terhadap radikalisme dapat memberi sumbangsih masukan kepada BNPT mengenai tren radikalisme termasuk cara mengatasinya. Di beberapa daerah, radikalisme memiliki karakter spesifik dan perlu diperlajari serta diantisipasi dengan cara yang spesifik dan fundamental.
Ke depannya, kata dia, kerja sama dengan dunia kampus terkait riset radikalisme supaya bisa diperluas lagi. Artinya, BNPT semakin memiliki banyak referensi riset kampus maka dapat lebih efektif serta efisien membendung tumbuhnya radikalisme yang sudah merasuk hampir ke semua lini masyarakat.
"Kami ingin ada identifikasi. Makin banyak identifikasi maka makin kaya kita dengan data masalah apa yang terjadi, fenomenanya. Bisa saja daerah punya spesifikasi tertentu tapi di daerah lain beda lagi. Nantinya informasi itu kita kemas maka kita dapat keragaman data dan bisa diimplementasikan secara nasional," tuturnya.
Kepala BNPT mengatakan saat ini radikalisme perlu perhatian serius dari setiap unsur masyarakat. Salah satu antisipasi yang dapat dilakukan adalah lewat pendekatan komunikasi yang baik antarindividu di tengah masyarakat. Bagi kalangan siswa dan mahasiswa, perlu perhatian sivitas akademika dan keluarga.
Dia mengatakan peranan guru, sekolah, dosen dan rektor sangat signifikan dalam mengatisipasi tumbuhnya radikalisme pelajar serta mahasiswa sejak awal di lingkungan luar rumah. Sementara di dalam rumah adalah keluarga. Maka dari itu, BNPT fokus dalam dua hal itu salah satu yang diupayakan adalah dengan memanfaatkan riset dunia pendidikan.
Rektor Umaha, Achmad Fathoni Rodli mengatakan pihaknya telah memulai riset terkait radikalisme dengan kerja sama lintas kampus. Kerja sama dengan BNPT diharapkannya bisa memberi sumbangsih pencegahan radikalisme di dunia pendidikan.
"Kami sudah memetakan beberapa daerah pinggiran. Daerah dengan basis keagamaan bisa kita pantau. Tapi di daerah yang pendidikannya nonkeagamaan justru sangat rentan terhadap radikalisme. Mereka tidak pernah mengaji dan mengkaji keagamaan, tapi berbagai terjemahan mereka adopsi yang bisa menyebabkan pemahaman menyimpang tentang agama," ujarnya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017