"Dominasi PDIP di Jateng masih kuat melihat situasi di Jateng yang masih adem ayem seperti ini (menjelang Pilgub Jateng 2018)," katanya di sela diskusi dengan tema "Berebut Kursi Jateng-1" di Semarang, Rabu.
Kendati demikian, katanya, PDIP perlu belajar dari kekalahan pasangan calon Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang diusungnya pada Pilgub DKI Jakarta 2017.
Menurut dia, PDIP bisa "kocar-kacir" jika situasi di Provinsi Jateng karut marut akibat kepemimpinan di daerahnya bersinggungan dengan masyarakat.
Yulianto menyebutkan bahwa salah satu penyebab kekalahan Ahok-Djarot pada Pilgub DKI Jakarta 2017 adalah situasi yang tidak stabil akibat gaya kepemimpinan.
"Kalau tidak ada persoalan yang fenomenal atau yang menyinggung publik, saya kira orang masih melihat PDIP sebagai kekuatan utama di Jateng," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa PDIP merupakan lakon utama pada Pilgub Jateng 2018 karena memiliki kekuatan yang besar dan semua sedang menunggu kandidat yang akan diusung partai berlambang banteng moncong putih ini.
"Kalau partai politik di luar PDIP mau berbagi kekuasaan dan peran mungkin bisa head to head, tapi kalau itu tidak bisa dicapai maka perlu komunikasi politik yang hasilnya koalisi atau konsensus, satu pasangan hadapi (calon yang diusung) PDIP," katanya.
Pewarta: Wisnu Adhi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017