Pada ritual tersebut, dilakukan puja bakti pensakralan air berkah oleh para sangha dan rohaniawan serta majelis-majelis agama Buddha di sebuah altar Umbul Jumprit.
Sejumlah sangha dan majelis yang ikut dalam puja bakti air berkah Waisak, yakni Sangha Teravada, Mahayana, Tantrayana, Madhatantri, Mahanikaya, Majelis Tridharma, Kasogatan, dan Majelis Mapanbumi.
Usai melakukan puja bakti, perwakilan masing-masing sangha dan majelis melakukan pengisian air berkah ke dalam sejumlah kendi.
Wakil Ketua Panitia Air Berkah Perayaan Waisak, Martinus Nata mengatakan sebelum upacara pemberkahan, dilakukan pembersihan dan pemeliharaan area Umbul Jumprit pada 1-3 Mei 2017.
Kemudian dilanjutkan pengisian air berkah sebanyak 12 ribu botol pada 5 Mei 2017 yang dilakukan oleh umat Buddha Indonesia.
Ia menuturkan air berkah Waisak ini akan disemayamkan di Candi Mendut dan Candi Borobudur yang nantinya digunakan untuk perayaan menyambut detik-detik Waisak 2561 BE/2017.
Salah satu peserta puja bakti air berkah Waisak, Bante Pabhakaro mengatakan air berkah merupakan lambang kesejukan, kesuburan, energi yang positif, menjadi tauladan, sifat rendah hati dan penuh damai.
"Oleh karena itu umat Buddha menjadikan air berkah ini menjadi salah satu simbol kerendahan hati agar kita sebagai umat manusia senantiasa menjaga sikap kerendahan hati dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
Pembimbing Masyarakat Buddha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Sutarso berharap kegiatan Waisak dapat berlangsung dengan baik dan sukses. Ia mengatakan dari Kementerian Agama mengharapkan kepada umat Buddha agar memiliki integritas tinggi, dari pola pikir, pola ucap dan perbuatan senantiasa sesuai dengan nilai-nilai kemoralan dalam ucapan, perbuatan, dan pencaharian yang benar.
"Kami juga harapkan agar umat Buddha senantiasa memiliki inovasi yang baru, mengikuti perkembangan zaman. Menjunjuung profesionalitas dalam melaksanakan kegiatannya," katanya.
Ia juga berharap umat senantiasa memiliki tanggung jawab apa yang dilakukan agar menciptakan kondisi rukun, damai dan sejahtera. Selain itu, agar umat menjadi suritauladan di muka bumi ini sebagai manusia yang memiliki moral yang tinggi terbebas dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017