Pengunjung diizinkan datang untuk melihat secara langsung satwa langka di dunia badak sumatra bercula dua yang ada di dalam pusat penangkaran badak dalam hutan TNWK ini.
"Boleh, mulai sekarang boleh dikunjungi," kata Ir Subakir, Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) pada perayaan satu tahun kelahiran badak sumatera Delilah di Suaka Rhino Sumatra ( SRS) Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur, Jumat (12/5).
Tapi, Subakir melanjutkan, jumlah pengunjung ke SRS Way Kambas itu masih dibatasi. "Kami batasi, sementara maksimal 10 atau 15 orang," katanya lagi.
Menurut Subakir, pembatasan pengunjung itu perlu diatur untuk menjaga perkembangbiakan badak sumatera ini agar tidak terganggu.
"Nanti akan diatur oleh penjaga badaknya berapa orang yang masuk dan diatur jaraknya bisa dekat dengan badak," katanya pula.
Khusus perayaan satu tahun kelahiran badak Delilah, pihak TNWK mengizinkan 40-an orang dari Yayasan Badak Indonesia (YABI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sejumlah siswa dan jurnalis untuk melihat dari dekat badak sumatra bercula dua "Delilah" dan induknya "Ratu" di kandang alaminya.
Subakir menyebutkan terdapat tujuh ekor badak sumatera dalam penangkaran di SRS Way Kambas yang masih bertahan hidup, dua lainnya telah mati. Badak itu adalah Torgamba yang menghuni SRS sejak Januari 1998 dari Howlers and Port Lympne Zoo, Inggris. Badak jantan ini ditangkap di hutan Riau pada tahun 1985.
Torgamba menderita oligozoospermia, yaitu jumlah spermatozoa yang sangat sedikit sehingga mandul. Badak ini mati pada 24 April 2011 akibat gagal ginjal komplikasi ke jantung, paru paru, otak, dan usianya diperkirakan kurang lebih 32 tahun.
Lalu, Bina, badak betina yang menghuni SRS sejak 8 Januari 1998 dari Taman Safari Indonesia. Ditangkap di hutan Bengkulu pada tahun 1991. Kendati siklus reproduksinya tidak teratur, namun Bina diharapkan masih potensial untuk memiliki anak.
Badak lainnya yang telah mati adalah Dusun, sebelumnya dipindahkan ke SRS pada Januari 1998 dari Kebun Binatang Ragunan Jakarta dalam kondisi tua dengan reproduksi sudah tidak aktif.
Badak betina ini ditangkap di Sungai Dusun Malaysia pada 9 September 1986, dan kemudian dikirimkan ke Kebun Binatang Ragunan sebagai pertukaran dengan badak napangga. Dusun mati pada 7 February 2001 akibat penyakit degeneratif dan senilitas (ketuaan) usianya diperkirakan 32 tahun.
Badak Ratu telah menghuni SRS sejak September 2005, merupakan badak betina asli TNWK yang keluar dari kawasan hutan dan ditangkap di Desa Labuhan Raatu sekitar 2 km dari batas taman nasional ini.
Ratu memiliki sistem reproduksi yang sehat dengan siklus berahi yang teratur, sehingga hampir setiap periode dikawinkan dengan badak jantan di SRS.
Rosa merupakan badak betina yang menghuni SRS Sejak 26 November 2005, sebelumnya berhasil ditangkap di Taman Nasional Bukit Barisan (TNBBS) sejak awal tahun 2004.
Badak itu kedapatan sering muncul di jalan kawasan kebun dan kampung serta bertemu dengan kendaraan dan warga sekitarnya, bahkan pernah berada di tengah keramaian tanpa merasa terganggu sama sekali. Guna menyelamatkan badak itu dari ancaman perburuan dan kemungkinan tertular penyakit yang biasa menyerang ternak, maka Ditjen PHKA memutuskan Rosa perlu diselamatakn dan ditranslokasi ke SRS Way Kambas.
Selanjutnya, Andalas badak jantan yang menghuni SRS sejak 10 Februari 2007 berasal dari Los Angeles Zoo, USA. Lahir pada tanggal 13 September 2001 di Cincinati Zoo, Amerika Serikat.
Penangkaran ini memiliki lagi Andatu, badak jantan yang lahir 23 Juni 2012 merupakan anak badak hasil perkawinan Andalas dan Ratu.
Sedangkan Harapan adalah badak jantan sumatera ketiga yang lahir di Kebun Binatang Cincinnati Zoo AS pada tahun 2007.
Delilah adalah badak betina, lahir pada tanggal 12 Mei 2016 di SRS TNWK merupakan anak badak hasil perkawinan induknya, Ratu dan Andalas.
Delilah ini adalah kelahiran kedua badak sumatera di fasilitasi pemerintah Indonesia setelah upaya pencinta satwa langka lebih dari 128 tahun. Saat ini Delilah telah genap berumur 1 tahun.
Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam Dr Ir Agus Justianto mengatakan KLHK memberikan kemudahan perizinan terbatas bagi pengunjung ke SRS ini.
Direktur Yayasan Badak Indonesia (YABI) Widodo Sukohadi Ramono menyatakan sarana dan prasarana di pusat penangkaran badak sumatera ini akan ditambah, seperti perluasan kandang badak, penambahan dokter hewan, dan pembangunan laboraturium penelitian untuk badak.
Dia menyatakan dukungan penambahan sarana dan prasarana di SRS berasal dari dana APBN dan dana bantuan pihak asing. "Sebagai contoh dukungan KLHK adalah membuat engineering design dari KLHK," ujar dia pula.
YABI menggelar Perayaan Satu Tahun Kelahiran Delilah dan Sosialisasi Perluasan Sarana dan Prasarana Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas di Kabupaten Lampung Timur, Jumat (12/5) ini.
Perayaan satu tahun Delilah dihadiri Direktur YABI Widodo Sukohadi Ramono, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam Dr Ir Agus Justianto, Kepala Balai TNWK Subakir, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung Budiharto, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung Timur Almaturidi, dan beberapa tamu undangan lainnya.
Pewarta: Budisantoso B/Muklasin
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017