Salah seorang mahasiswa Teknologi Industri FTP UB yang menciptakan biokuping Rizki Septian Candra K di Malang, Jawa Timur Rabu mengaku meningkatnya penggunaan plastik sebagai kemasan pada skala industri maupun rumah tangga berkorelasi dengan makin tingginya kerusakan lingkungan.
"Kondisi inilah yang melatarbelakangi kami untuk menciptakan inovasi yang cukup sederhana. Sebenarnya proses pembuatan biokuping ni relatif sederhana, yakni kulit pisang yang telah mengalami proses penepungan akan mendapat tambahan gliserol an chitosan," kata Rizki.
Selain Rizki, ada empat mahasiswa lainnya yang tergabung dalam pembuatan plastik ramah lingkungan tersebut, yakni Himawan Auladana (TIP 2013), Sellyan Lorenza Orlanda Putri (TIP 2015), Abis Rinaldi (TIP 2015) dan Neno Retnowati C (TIP 2014).
Rizki mengatakan gliserol ini merupakan unsur pembentuk plastik, sedangkan chitosan adalah unsur penguat plastik. Setelah itu ditambahkan bakteri sebagai pendegradasi dan biotin sebagai nutrisi bagi bakteri tersebut.
Perbedaan produk yang dibuat kelima mahasiswa tersebut dengan produk plastik yang beredar di pasaran adalah adanya unsur bakteri dan biotin. Dengan adanya unsur tersebut akan mempercepat proses penguraian plastik sehingga lebih ramah lingkungan.
Selain itu, lanjutnya, data jurnal menunjukkan bahwa kulit pisang adalah limbah pertanian yang kurang terolah secara optimal, padahal keberadaannya cukup melimpah, apalagi di negara tropis seperti di Indonesia, karena ada banyak industri pengolahan buah pisang seperti keripik pisang dan produk selai.
Berdasarkan data juga menunjukkan bahwa kulit pisang memiliki kandungan pati yang cukup tinggi yaitu 27 persen sampai 30 persen. Pati inilah yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan plastik," urainya.
"Saat ini kami bekerja sama dengan UKM Keripik Pisang di Gondanglegi , Kabupaten Malang. Untuk memanfaatkan limbah kulit pisang mereka yang selama ini dibiarkan terbuang begitu saja. Kapasitas produksi mereka yang mencapai 100-200 kilogram per hari membuat limbah kulit pisang cukup banyak," katanya.
Hal inilah yang disayangkan. "Jadi kami berharap dapat sedikit menyelamatkan lingkungan dengan mengurai penggunaan plastik yang lambat terurai sekaligus mengoptimalkan potensi ekonomi limbah kulit pisang," ujarnya.
Berdasarkan uji laboratorium selama 22 hari, proses degradasi produk plastik ramah lingkungan Biokuping mencapai 75 persen. Padahal produk plastik umumnya membutuhkan waktu selama ratusan tahun untuk dapat terdegradasi dengan persentasi yang sama.
Penelitian laboratorium juga menunjukkan bahwa ketahanan Biokuping terhadap beban setara dengan produk plastik sintesis yang saat ini beredar di pasaran.
Tim berharap bahwa produk plastik ramah lingkungan Biokuping yang telah mendapatkan paten ini dapat dimanfaatkan secara luas di lingkungan masyarakat.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017