"Sutasoma yang dipamerkan adalah dokumen asli yang ditulis Mpu Tantular di daun lontar," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan dokumen Perpustakaan Nasional akan menjadi salah satu karya agung yang diperlihatkan dalam pameran tersebut.
Demi keamanan, setiap hari dokumen itu akan dibawa pulang ke Perpustakaan Nasional.
Selain itu dokumen yang menjadi sorotan dalam pameran tersebut adalah lembar sidang BPUPKI, pidato Soekarno yang menjelaskan tentang Pancasila, dokumen penyusunanan konstitusi Indonesia, dan lambang Garuda Pancasila yang terus mengalami perubahan.
Lambang Garuda Pancasila dibuat oleh Sultan Hamid II, putra sulung Sultan Pontianak ke-6 yang memenangkan sayembara desain lambang negara pada 1950.
Hilmar mengatakan Kemendikbud berencana membawa pameran yang bertujuan menanamkan nilai-nilai Pancasila itu ke daerah yang lain.
"Dokumen-dokumen itu nantinya akan dibuat replikanya dan dibawa keliling Indonesia," kata dia.
Plt Kepala Museum Nasional Harry Widianto mengatakan pameran itu sebenarnya telah dilaksanakan pada 1 Juni di Gedung Pancasila di Kementerian Luar Negeri.
Agar dapat disaksikan oleh publik maka pameran kemudian digelar di Museum Nasional.
"Di Gedung Pancasila ada 28 arsip yang ditampilkan, kemudian arsip itu dibawa ke Museum Nasional ditambah lagi beberapa sehingga totalnya da 54," kata dia.
Dalam pameran tersebut, pengunjung dapat melihat proses bagaimana sidang untuk merumuskan dasar negara oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), pidato Soekarno tentang Pancasila, penyusunan konsep pembukaan Undang Undang Dasar 1945 dan memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Pada acara Pembukaan, aktor Tio Pakusadewo akan tampil sebagai pembaca pidato Bung Karno dalam rapat BUPKI 1 Juni 1945, dan akan diputar film "Pantja-Sila: Cita-cita dan Realita".
(T.A074/H005)
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017