Direktur Bisnis Regional Sulawesi dan Nusa Tenggara PLN Machnizon Masri dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat mengatakan pembangkit itu merupakan bagian program 35.000 MW yang diusung Presiden Joko Widodo.
"PLTMG ini akan memperkuat sistem kelistrikan Sumbawa sekaligus mempercepat peningkatan rasio elektrifikasi dan pertumbuhan ekonomi NTB," katanya.
Pada Kamis (1/6), Machnizon melakukan peletakan batu pertama proyek pembangunan PLTMG tersebut di Badas, Kabupaten Sumbawa.
Pembangunan PLTMG Sumbawa diperkirakan membutuhkan waktu 18 bulan, sehingga ditargetkan beroperasi pada Desember 2018.
Menurut Machnizon, dengan masuknya PLTMG Sumbawa, rasio elektrifikasi NTB akan meningkat dari 79,44 persen pada April 2017, menjadi di atas 95 persen akhir 2019.
"Kalau sudah operasi, listrik PLTMG ini bisa digunakan untuk melistriki sekitar 110.000 kepala keluarga," tambahnya.
Kelistrikan Provinsi NTB terdiri dari tiga sistem terpisah, yaitu Lombok, Sumbawa, dan Bima.
Untuk sistem Sumbawa, saat ini memiliki kapasitas terpasang 50 MW dengan beban puncak 40 MW.
Dengan tambahan 50 MW dari PLTMG Sumbawa, maka pasokan listrik di sistem Sumbawa akan surplus 60 MW.
"Jika Sumbawa dan Bima sudah interkoneksi dengan jaringan transmisi, maka listrik PLTMG Sumbawa ini juga bisa memperkuat kelistrikan Bima," kata Machnizon.
Sekretaris Daerah Kabupaten Sumbawa Muhammad Rasyidi meyakini kehadiran PLTMG itu akan mendorong investasi di Sumbawa.
"Investor pasti masuk, dari pariwisata bisa bangun hotel. Saya yakin Sumbawa akan semakin maju, karena roda perekonomian akan semakin bergerak cepat," tuturnya.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017