"Perusahaan migas Tiongkok memang masih kurang karena mereka baru 15 tahun melakukan investasi di Indonesia," katanya kepada Antara di Beijing, Kamis (8/6) malam.
Menurut dia, hal itu berbeda dengan perusahaan-perusahaan migas dari Amerika Serikat yang sudah cukup lama berinvestasi di Indonesia.
"Kalau Chevron yang dulu namanya Caltex atau Exxon sudah cukup lama. Chevron di Duri, Minas, dan Rumbai (Riau) itu sudah 100 tahun di sana. Memang investasinya besar sekali," ujarnya saat ditemui seusai mengikuti Konferensi Tingkat Menteri tentang Energi Bersih (CEM) kedelapan itu.
Ia menyebutkan beberapa perusahaan migas China yang sudah berinvestasi di Indonesia, seperti PetroChina, CNOOC, dan CITIC.
"PetroChina sudah investasi di beberapa blok migas kita, CITIC ada di Pulau Seram, CNOOC punya 18 persen di LNG Tangguh, juga ada di Jambi, Tuban, dan sebagainya," kata mantan Menteri Perhubungan itu didampingi Duta Besar RI untuk China Soegeng Rahardjo.
Meskipun demikian, Jonan menegaskan bahwa pihaknya tidak memberikan prioritas kepada perusahaan dari negara tertentu untuk investasi di sektor migas.
"Kita tidak pilih kasih. Mau Jepang, Amerika, China. Saya sudah berkunjung ke Jepang, sekarang China, Mungkin setelah Idul Fitri akan ke Amerika untuk berbicara dengan Conoco Philip, Exxon, dan Chevron juga ke Eropa dengan BP, Total dan Italia," ujarnya.
Ajang tahunan yang digelar di Beijing itu diikuti menteri dan pejabat tinggi dari 24 negara.
Dalam CEM kedelapan tersebut, Menteri ESDM mendapatkan kesempatan mengadakan pertemuan bilateral dengan China selaku tuan rumah.
Menteri ESDM sebelumnya menilai lelang blok-blok migas oleh pemerintah tidak menarik minat investor karena dilakukan seperti pengumuman penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi.
"Selama ini model tendernya menurut saya seperti pengumuman universitas. Misal, dibuka jurusan tata boga, jadi semua daftar," katanya.
Menurut Jonan, model lelang blok migas seharusnya tidak seperti itu. Pemerintah Indonesia, harus mengundang investor potensial dan memberikan penjelasan yang baik agar mereka tertarik masuk ke blok tersebut.
Dalam catatan Kementerian ESDM sejak 2014 lelang blok migas di Indonesia sepi peminat. Dari 21 blok migas yang dilelang pada 2014, hanya ada 11 blok yang laku. Tahun berikutnya, dari delapan blok yang dilelang tidak ada satu pun yang laku.
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017