Dubes Jerman bahas energi terbarukan di ITS

9 Juni 2017 18:35 WIB
Dubes Jerman bahas energi terbarukan di ITS
Duta Besar Jerman untuk Indonesia Michael Freiherr von Ungern (kanan) berbincang dengan Rektor ITS Joni Hermana (kiri) saat mengunjungi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (9/6/2017). (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Seperti Indonesia yang mengandalkan energi panas bumi, jika diteliti dan dimanfaatkan bisa membawa pengaruh besar ..."

Surabaya (ANTARA News) - Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia, Michael Freiher von Ungern-Stenberg, mengunjungi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya guna membahas energi terbarukan yang ada di Indonesia maupun Jerman, Jumat.

"Jerman memang sempat mempertimbangkan penggunaan nuklir sebagai energi terbarukan," ujarnya, di Rektorat ITS di Surabaya.

Namun, menurut dia, melihat peristiwa di Fukushima, Jepang, yang memiliki dampak sangat besar akibat adanya kegagalan dari energi nuklir, maka Jerman menjadi khawatir sehingga dibuat keputusan politik untuk memberhentikan penggunaan nuklir sebagai energi terbarukan.

"Orang-orang seringkali berkata terlalu banyak dampak yang akan ditimbulkan, dan sangat butuh banyak waktu untuk memperbaiki suatu negara akibat kegagalan nuklir. Hal tersebut bisa mengubah banyak sekali aspek. Ditambah lagi adanya risiko medis dan kecelakaan," tutur mantan Dubes Jerman untuk Iran itu.

Michael menuturkan bahwa banyak sekali jalan yang bisa dilakukan untuk membuat energi terbarukan selain dari energi nuklir, dan semuanya tergantung dari wilayahnya.

"Seperti Indonesia yang mengandalkan energi panas bumi, jika diteliti dan dimanfaatkan bisa membawa pengaruh besar selama kurun waktu yang lama," katanya menambahkan.

Indonesia memiliki 40 persen potensi sumber panas bumi dunia dan merupakan produsen listrik panas bumi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat (AS) dan Filipina.

Sementara itu, perwakilan Wismar University di Surabaya Dr Ing Wolfgang Busse mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya telah melakukan kerja sama penelitian dengan ITS untuk pemberdayaan potensi pulau-pulau terpencil di Indonesia dalam proyek yang bernama "Sustainable Island Development Initiatives" (SIDI).

"Saat ini yang sudah kami tuju untuk proyek penelitian adalah Pulau Poteran di Madura dan Pulau Maratua, Kalimantan Timur," tuturnya.

Pulau Poteran, menurut dia, dikembangkan untuk memberdayakan sumber daya alam berupa daun kelor yang bisa diekstrak sebagai obat atau pun kebutuhan lainnya, dan Pulau Maratua akan dikembangkan potensinya sebagai tujuan wisata bahari baik untuk wisatawan domestik maupun wisatawan asing.

Selain itu, ia mengemukakan bahwa di masa depan penelitian untuk pengembangan potensi energi terbarukan akan ditujukan ke Pulau Natuna, Kepulauan Riau.

"Untuk pengembangan energi terbarukan di Pulau Natuna ini masih akan kami diskusikan lebih lanjut dengan pihak Kementerian Luar Negeri," kata Wakil Rektor ITS Bidang Penelitian, Inovasi dan Kerja Sama Prof Dr Ketut Buda Artana.

Ketut berharap dari hasil kerjasama yang dikembangkan ITS dengan Wismar University maupun pemerintah Jerman ke depannya bisa memberikan banyak manfaat untuk masyarakat dan bangsa Indonesia.

Pewarta: Indra Setiawan/Willy Irawan
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017