Beberapa hari sebelumnya pengurus masjid yang ada di dekat rumahnya datang mengantarkan enam lembar voucher senilai Rp150 ribu yang dapat ditukarkan dengan beragam kebutuhan pokok.
"Silahkan tukarkan voucher ini di Masjid Nurul Iman dengan kebutuhan pokok," pesan pengurus masjid kepadanya.
Perempuan tiga anak yang ditinggal mati suami itu sehari-hari menjadi sebagai tukang cuci di beberapa rumah yang ada di kompleks bergegas berangkat untuk menukarkan voucher.
Tiba di lokasi warga sudah ramai berbelanja. Beragam kebutuhan pokok tersedia pada pasar murah dan bazar peduli yang digelar Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Padang tersebut.
Ia memutuskan untuk berbelanja beras, minyak goreng dan gula serta sebotol sirup.
"Alhamdulillah ini cukup meringankan dan cukup untuk persedian dua pekan ke depan," ujarnya tersenyum.
Meskipun kondisi ekonominya cukup sulit ia tidak mau mengemis. Baginya selagi mau usaha maka akan ada jalan memperoleh rezeki.
Ia berharap ada yang memfasilitasi modal usaha untuk membuka warung kecil-kecilan di depan rumahnya. Namun ia tidak tahu kemana hendak mengadu.
Lain lagi kisah yang dihadapi Ramalius, pembuat kerupuk merah yang berdomisi di Gadut, Kecamatan Lubuk Kilangan, Padang.
Dua tahun merintis usaha kerupuk merah dan sudah mulai berkembang musibah datang menghampiri pada 2006. Akibat kompor meledak, tempat usahanya terbakar menyebabkan seluruh alat produksinya ludes.
Tidak hanya peralatan, kaki Ramalius juga sempat disambar api sehingga mengalami luka bakar ketika itu.
"Uang habis, oven dan semua peralatan produksi juga tidak bisa dipakai," katanya.
Karena ingin terus melanjutkan usahanya yang telah menghidupinya, Ramalius mencoba mencari pinjaman modal untuk mulai usaha kembali.
Berdasarkan anjuran tetangga ia mengajukan permohonan bantuan modal usaha ke Lembaga Amil Zakat (LAZ) PT Semen Padang.
"Alhamdulillah permohonan ditanggapi LAZ Semen Padang dibantu Rp10 juta yang langsung dibelikan alat alat, berupa mesin potong, alat pengaduk dan oven," kata dia.
Usai musibah itu Ramalius memulai kembali produksi kerupuk merah dan produknya mendapatkan pasar yang cukup luas.
Setelah tiga tahun berjalan ia pun membeli satu mobil boks untuk memaksimalkan pemasaran sehingga usaha semakin berkembang.
"Karena ingin maju keuntungan sebagian saya tabung akhirnya bisa beli mobil boks untuk mengantar kerupuk. Dulu hanya menunggu orang menjemput, dengan ada mobil pemasaran lebih mudah," ujarnya.
Kini rata-rata sehari ia mampu memproduksi kerupuk merah hingga satu ton dibantu tujuh orang karyawan. Meski usahanya sudah besar, Ramalius tetap terlibat langsung dalam proses produksi demi menjaga kualitas.
Ramalius mengakui produksi kerupuk bergantung cuaca karena harus dijemur. Sebelumnya ia mencoba membuat mesin pengering tapi jebol, akhirnya saat ini kalau hujan akan menghambat pembuatan.
Saat ini untuk pemasaran Ramalius sudah punya pasar sendiri, bahkan ia mengaku kewalahan memenuhi permintaan.
"Pelanggan biasanya menelpon minta berapa lalu diantar dengan mobil boks, ada juga yang menjemput ke pabrik," kata dia.
Ia mengatakan kerupuknya dipasarkan di Padang, Dharmasraya hingga ke Jambi dan Bandung.
Memaksimalkan pemasaran kerupuknya, Ramalius menjalin kerja sama dengan produsen mi kuning dengan saling membantu memasarkan produk masing-masing.
"Kalau orang butuh mi, pasti perlu kerupuk sebagai pelengkap, berapa mi terjual sebanyak itu pula kerupuk diperlukan," ucapnya.
Ia bahkan mengaku belum sanggup memenuhi tingginya permintaan karena masih banyak yang belum terlayani.
Namun ia bersyukur berkat bantuan LAZ Semen Padang ia kembali bangkit setelah mendapatkan musibah.
Entaskan Kemiskinan
Pembina lembaga amil zakat Dompet Dhuafa Singgalang, Sumbar, Musfi Yendra, mengemukakan potensi zakat di Sumbar mencapai Rp1,7 triliun, namun belum tergarap secara maksimal.
"Jika Rp1,7 triliun itu dapat dihimpun dengan baik dan dikelola profesional, maka zakat akan menjadi salah satu solusi pemberantasan masalah kemiskinan," kata dia.
Harus diakui sulit untuk meyakinkan pembayar zakat agar menyalurkan zakat melalui lembaga amil zakat. Orang lebih banyak memilih membayar langsung kepada penerima.
Ia menceritakan ada seorang pengusaha yang mengeluarkan zakat mencapai Rp2 miliar per tahun, namun selalu menyalurkan dengan membagikan langsung dengan jalan mengumpulkan massa dalam jumlah banyak.
"Sudah lima tahun kami lobi tetap tidak berhasil, padahal kalau menyalurkan langsung apalagi mengumpulkan masyarakat dalam jumlah banyak berisiko seperti ada yang terinjak-injak," kata dia.
Sementara Ketua Baznas Kota Padang Epi Santoso menyebutkan pada 2016 pihaknya berhasil menghimpun zakat sebesar Rp24 miliar dan pada tahun ini ditargetkan sebesar Rp28 miliar.
Hingga Mei 2017 zakat yang telah dihimpun mencapai Rp9,8 miliar dan yang sudah disalurkan lebih besar dari yang sudah dihimpun, yaitu Rp12,8 miliar lewat program Padang Sejahtera, Padang Religius, Padang Cerdas, Padang Makmur dan Padang Sehat.
Ia mengatakan Baznas mengalokasi 17,5 persen dari total zakat yang dihimpun untuk modal usaha bagi masyarakat yang tidak mampu.
Ia menjelaskan usaha yang diberi bantuan modal ada yang sifatnya stimulan, yakni masyarakat yang tidak mampu tersebut memasukkan proposal ke Baznas dan mereka tergolong ke dalam kelompok yang baru merintis suatu usaha.
Kelompok stimulan yang baru merancang usaha, misalnya membuka warung kecil di rumah, menjual gorengan, dan lainnya.
"Kalau untuk kelompok stimulan ini bantuan dalam satu tahun hanya untuk 600 orang, karena berdasarkan zakat yang masuk kami salurkan hanya untuk 50 orang per bulan," sebutnya.
Sementara untuk usaha yang produktif, tidak banyak yang diberikan bantuan karena diseleksi dengan ketat, baik itu yang dikelola kelompok ataupun perorangan.
"Itu kami survei benar-benar dulu. Kami lihat mentalnya siap dikembangkan atau tidak usahanya," lanjutnya.
Usaha yang sifatnya pendampingan, akan benar-benar didampingi selama kurang lebih setahun hingga dua tahun sampai orang tersebut bisa membayar zakat sendiri.
Sementara Wali Kota Padang Mahyeldi mengatakan dalam memberantas kemiskinan konsep yang dipakai adalah menghimpun dana dari mereka yang mampu untuk disalurkan kepada yang tidak mampu.
Jika warga kurang mampu ada 10 persen maka 90 persen lainnya adalah warga mampu yang diajak bersama-sama menanggulangi kemiskinan, kata dia.
Oleh sebab itu jika semua pihak mau bersinergi dengan kekuatan ekonomi yang ada saat ini maka secara perlahan kemiskinan akan dapat ditanggulangi lewat dana zakat.
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017