Resep pempek kulit "crispy" asli Palembang

13 Juni 2017 07:26 WIB
Resep pempek kulit "crispy" asli Palembang
Aneka pempek (ANTARA / Feni Selly)
Kuliner khas Palembang empek-empek atau juga dikenal dengan sebutan pempek sungguh lezat disantap di Bulan Ramadhan sebagai menu berbuka puasa.

Pempek yang sedang tren adalah pempek kulit, selain pempek keriting, adaan, kulit, lenjer, pistel, telok, dos, hingga kapal selam, dan pempek panggang.

Meski sudah lama dikenal masyarakat, tetapi kreasi baru muncul sejak beberapa tahun terakhir, yakni pempek kulit crispy dan pempek kulit crispy gunting.

Bentuknya yang pipih, berwarna khas kulit ikan, dan bertekstur renyah dipastikan akan mengundang selera.

Apalagi disajikan dengan cuka (sejenis saos) yang terbuat dari gula merah dicampur perasan air asam jawa, bawang puting, dan cabai rawit. Sebagai pemanisnya, biasanya juga diberikan potongan dadu mentimun.

Amelia, pemilik toko dalam jaringan pempek "Berkah" membagi resep membuat pempek kulit crispy.

Untuk bahan bakunya, ia mengungkapkan cukup menyediakan 250 gram daging merah ikan tenggiri yang sudah digiling atau dapat juga diganti dengan 125 gram daging kulit ikan tenggiri dicampur dengan 125 gram daging ikan jenis lain.

"Bisa dicampur daging ikan tenggiri, kakap, gabus, parang-parang, dan lainnya. Tidak masalah, tetap terasa enak kok," kata Amelia.

Ikan giling tersebut lalu dicampur dengan 125 mililiter air es, 13 gram garam, 3 butir telur, 1 sendok bawang putih, dan setengah sendok bawang merah cincang. Kemudian seluruh bahan baku tersebut diaduk rata.

Setelah itu ditambahkan dua sendok gandum dan 250 gram terigu, kemudian diaduk rata lagi.

"Diaduknya jangan menggunakan tangan tapi pakai pengaduk, supaya saat dimakan tetap lembut," kata dia.

Setelah itu, barulah dibentuk menjadi bulat pipih menggunakan tangan. Setelah semua adonan selesai dibentuk dapat disimpan di lemari es.

Untuk menyajikannya, Amel menjelaskan, pempek kulit tersebut harus digoreng terlebih dahulu menggunakan minyak kelapa yang dipanaskan.

"Caranya, tangan kita dilapisi tepung gandum terlebih dahulu. Lalu saat mau mencelupkan ke kuali yang berisi minyak panas, lumuri dulu pempeknya dengan tepung yang ada di tangan kita tadi. Inilah yang membuatnya menjadi kres...kres alias crispy," kata dia.

Jika ingin lebih variasi dalam tampilan luar, sebelum digoreng dapat juga digunting terlebih dahulu sehingga bentuknya menjadi seperti kentang goreng. Inilah yang sering disebut pempek kulit crispy gunting.

Dengan bahan baku ini, ia setidaknya dapat membuat sekitar 500 gram pempek krispy.

Selama Ramadhan ini, ia meraup cukup banyak keuntungan dari penjualan pempek kulit crispy dengan harga satuan Rp5.000/buah atau dalam bentuk paket yang berisi tiga buah dengan harga Rp14.000.

Dalam satu hari, produk pempeknya bisa laku sekitar 100 buah pempek crispy dengan omzet rata-rata Rp500.000 per hari selama Ramadhan.

"Bahkan pernah tembus Rp1 juta," kata dia.

Menyantap pempek memiliki kekhasan tersendiri karena makanan berbahan ikan ini selalu disajikan dengan cuka atau lazin disebut "cuko". Warga Palembang sering mengatakan dengan istilah "ngirop cuko".

Cuko terbuat dari air gula merah yang dididihkan kemudian diberikan bumbu campuran bawang putih, garam, air asam, dan cabai hijau dengan komposisi yang sesuai.

Ada yang unik terkait dengan "cuko" karena gula merahnya mesti berasal dari Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, jika ingin mendapatkan rasa kelas wahid.

Choirul Dedy Kurniawan (24), pemilik bisnis daring "pempek meledos" yang sudah eksis sejak dua tahun terakhir, mengatakan kondisi ini juga yang menyebabkan bisnis daring pempek cukup berjaya karena penikmat pempek mengetahui bahwa "cuko" yang enak harus asli buatan warga Palembang.

"Pempek, mungkin bisa dibuat di daerah lain karena banyak juga daerah yang memiliki sungai tapi untuk cuko-nya ini yang sulit. Jika pakai gula merah selain dari Lubuklinggau maka akan terasa beda," kata Dedy, pelaku usaha yang sudah mengirimkan pempek hingga Aceh dan Lombok, Nusa Tenggara Barat itu.

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017