"Tidak apa, ibaratnya itu mereka (selebritis) sebagai cheerleader (pemandu sorak) saja di bisnis ini, ramai tapi kan sepanjang pertandingan tidak akan terus ramai, jadi sebagai pemanis dan bagus," ucap Chris di Jakarta, Selasa.
Ia menilai fenomena selebritis berjualan kue oleh-oleh sebagai tren sesaat untuk guna mendukung citra mereka di dunia hiburan.
Namun, diakuinya tren tersebut sebagai inovasi baru, bukan persaingan terhadap bisnis kue tradisional.
Pasalnya, kue tradisional biasanya berbahan baku gula, santan, tepung beras dan kelapa, bukan tepung seperti yang kebanyakan dijual selebritis.
"Itu bukan persaingan, tapi inovasi yang bersifat baru. Produknya memang nomor dua, karena nama merekalah yang dijual," ujarnya.
Chris menuturkan, karena sifatnya yang sesaat, ia ragu bisnis kue oleh-oleh selebritis akan bertahan lama. Hal itu merujuk pada bisnis serupa di masa lalu.
"Artis itu dasarnya bukan di bisnis kue, bentar-bentar juga hilang. Kalau artisnya meredup, brand kuenya juga hilang, biasanya begitu," tuturnya.
Belakangan, marak fenomena selebritis membuka bisnis kue oleh-oleh kekinian seperti Bandung Makuta oleh Laudya Cynthia Bella, Jogja Scrummy oleh Dude Herlino, Medan Napoleon milik Irwansyah, Bosang Makassar milik Ricky Harun, Surabaya Snowcake milik Zaskia Sungkar dan banyak lainnya.
Kendati menggunakan nama daerah, karakteristik kue yang dijual memiliki kemiripan dari bahan baku, tekstur hingga varian rasa.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017