Pasukan khusus penangkal "stunting" di NTB

19 Juni 2017 10:45 WIB
Pasukan khusus penangkal "stunting" di NTB
Ilustrasi suatu kegiatan di Posyandu (ANTARA FOTO/R. Rekotomo)
Dengan telaten Isnia (47 tahun) menimbang setiap bayi yang dibawa oleh ibunya ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Desa Tanak Awu, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat (NTB).

Setelah itu, perempuan itu mencatat kemajuan berat badan bayi yang ditimbang, naik atau turun.

Tidak sampai di situ, kemudian dia melanjutkan memberi penjelasan pentingnya Menu Empat Bintang pengganti 4 Sehat 5 Sempurna kepada para ibu yang menimbangkan bayinya tersebut.

Perempuan setengah baya itu dengan gamblang menjelaskan Menu Empat Bintang terdiri atas karbohidrat sebagai sumber penghasil energi, protein hewani sebagai sumber pembentuk sel tubuh dan zat besi, sayur dan buah sebagai sumber vitamin, serta kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati dan mineral zat besi.

"Jadi, begitu, ya, Bu. Menu Empat Bintang, merupakan makanan pelengkap untuk menambah gizi kebutuhan gizi anak," ujar kader Posyandu Tatak Desa Tanak Awu, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, NTB itu.

Setiap bulan Isnia bersama kader Posyandu Tatak lainnya aktif menimbang bayi, memberikan imunisasi, memeriksa ibu hamil hingga mengadakan tabungan ibu hamil (tabumil).

Ia merasa bersyukur karena sejauh ini tidak ada masalah gizi buruk, kematian ibu melahirkan dan kematian bayi di Posyandu Tatak. Begitu pula, dengan masalah stanting, belum pernah ditemukan di Desa Tatak.

Semua itu, kata Isnia, bisa dicegah karena setiap kader posyandu aktif memberi anjuran agar orang tua memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan pertama bayi serta makanan bergizi kepada anak-anak.

Hasilnya, sejak 2006 sampai sekarang tidak ditemukan masalah "stunting" di wilayah tersebut. Angka kematian ibu melahirkan dan kematian bayi maupun masalah gizi buruk berhasil ditekan.

Berkat prestasi tersebut, Posyandu Tatak berhasil menyabet penghargaan Juara II Tingkat Nasional Kelompok Pendukung ASI Ekskusif (KP-ASI).

Isnia merupakan salah satu peserta pelatihan On the Job Training Pemberian Makan Bayi dan Anak (OJT PMBA) yang diselenggarakan Millennium Challenge Account (MCA-Indonesia) melalui Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) di NTB.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan "stunting" adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia 2 tahun.

Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.



Disiapkan

Bersama kader Posyandu dan kader puskesmas lainya, Isnia, memang disiapkan untuk menjadi "pasukan khusus" mengatasi masalah masih tingginya angka kematian ibu melahirkan dan angka kematian bayi serta "stunting" di NTB.

Menurut Fasilitator Pelatihan Provinsi NTB Erna Wahyuningsih, OJT PMBA merupakan kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas para kader agar dapat melakukan deteksi dini di wilayahnya masing-masing terkait dengan status gizi bayi dan anak.

Secara nasional OJT PMBA dilaksanakan di 11 provinsi dan 64 kabupaten yang menjadi wilayah kerja (PKGBM) MCA-Indonesia. Di NTB, salah satu kegiatan OJT PMBA diadakan di Kabupaten Lombok Tengah sejak 16 Mei s.d. 2 Juni 2017.

OTJ PMBA dibagi menjadi delapan kelas dan setiap kelasnya terdiri atas 10 orang peserta yang ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan puskesmas setempat.

Umumnya, peserta yang ikut pelatihan merupakan kader posyandu, kader puskesmas, kader PKK, bidan desa, dan petugas gizi puskesmas.

Selain OTJ PMBA, tambah Erna, terdapat dua pelatihan lainnya yang diadakan, yaitu Training of Trainer Pemberian Makan Bayi dan Anak (TOT PMBA) dan Supportive Supervision Pemberian Makan Bayi dan Anak (SS PMBA).

Berbeda dengan OJT PMBA yang bertujuan menyiapkan calon fasilitator, pelatihan TOT PMBA diadakan dalam rangka menyiapkan fasilitator yang akan melatih para calon fasilitator tadi.

Setelah rangkaian pelatihan PMBA selesai, barulah masuk kepelatihan SS PMBA.

Sementara itu, untuk bidang sanitasi, PKGBM juga menyelenggarakan pelatihan pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di tingkat kecamatan hingga tingkat desa. Kader kesehatan peserta pelatihan ditargetkan dapat menstimulus masyarakat agar mau membuat jamban pascapemicuan, verfikasi bebas buang air besar sembarangan atau Open Detication Free (ODF) dan deklarasi ODF.

Sanitasi adalah bagian penting dalam pencegahan stanting karena lingkungan yang tidak bersih dapat menyebabkan anak terserang penyakit, seperti diare, sehingga gizi dalam badannya bukan dipakai untuk tumbuh, tetapi dialihkan untuk menyembuhkan sakitnya.



Apresiasi

Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Lombok Tengah Ikramudin Idris mengapresiasi dan bersyukur dengan adanya pelatihan yang difasilitasi MCA-Indonesia.

Menurut dia, pelatihan berlangsung di 10 kecamatan di Lombok Tengah itu bertujuan meningkatkan kapasitas dan kemampuan kader dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

Para peserta yang telah mengikuti pelatihan kemudian ditugaskan memberikan konseling kepada masyarakat seperti ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi. Dalam hal ini, kata Ikramudin, mereka sangat berperan untuk mencegah dan meminimalisir potensi stanting di Lombok Tengah.

"Saat ini, jumlah peserta pelatihan masih sedikit. Ke depan, saya berharap jumlahnya peserta pelatihan bisa bertambah banyak," ujarnya.

Sejak akhir Mei 2017, kata Ikramudin, MCA-Indonesia juga memberikan bantuan berupa alat antropometri atau alat ukur tinggi dan berat anak serta tablet zat besi untuk ibu hamil.

Pemberian tablet yang lebih popular disebut "tablet tambah darah itu" bertujuan menghindarkan ibu hamil terhindar dari anemia, yang bisa menyebabkan anak yang dilahirkannya memiliki status gizi buruk, seperti lahir dengan berat badan rendah.

"Biasanya anak-anak yang saat lahir status gizinya kurang baik akan mengalami stanting di usia balitanya," ujar Erna menambahkan.

NTB termasuk provinsi yang cukup sukses dalam pencapaian Tujuan Pembangunan MDGs, hal itu terlihat selama 5 tahun berturut-turut, provinsi tersebut mendapatkan MDGs Award dari pemerintah pusat. Itu berarti, sebagian besar kebijakan dan program pembangunan di Provinsi NTB, sudah berada di jalur yang tepat.

Namun, dalam hal pembangunan kesehatan, tingkat pencapaiannya perlu dioptimalkan.

Hal tersebut dikatakan Gubenur NTB Muhammad Zainul Majdi dalam Seminar Nasional Mengawal Keberlanjutan Investasi Compact di Jakarta, April 2017.

Menurut Gubernur, masalah stanting serta angka kematian ibu dan bayi masih menjadi pekerjaan rumah NTB. Oleh karena itu, telah menjadi prioritas pembangunan pemerintah provinsi tersebut.

Berbagai langkah dan upaya percepatan terus dilakukan, salah satunya bermitra strategis dengan MCA-Indonesia yang menginisiasi PKGBM.

Menurut Zainul Majdi, program-program yang dikerjakan oleh MCA-Indonesia sangat sesuai dengan program-program pemerintah provinsi NTB. Oleh karena itu, pihaknya tidak ragu untuk mendukung PKGBM terlebih untuk aspek kesehatan ibu dan anak yang memang menjadi perhatian Pemerintah Provinsi NTB.

Ia bersyukur MCA-Indonesia masuk juga ke sektor kesehatan dan kebetulan program-program yang dijalankan sesuai dengan program kerja Pemerintahan Provinsi NTB.

Oleh Subagyo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017