• Beranda
  • Berita
  • IUCN nilai Indonesia maksimal tangani kebakaran hutan

IUCN nilai Indonesia maksimal tangani kebakaran hutan

19 Juni 2017 18:14 WIB
IUCN nilai Indonesia maksimal tangani kebakaran hutan
Ilustrasi - Pesawat bom air asal Rusia Beriev BE-200 melakukan pemadaman kebakaran dari udara di Kawasan Air Sugihan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Guiyang, Guizhou (ANTARA News) - Lembaga Internasional untuk Konservasi Lingkungan (IUCN) menilai pemerintah Indonesia telah maksimal dalam menangani berbagai persoalan lingkungan, termasuk kebakaran hutan yang terjadi di beberapa wilayahnya.

"Saya lihat negara Anda telah berjuang maksimal mengatasinya," kata Presiden IUCN Zhang Xinsheng menjawab pertanyaan Antara di Guiyang, China, Senin, mengenai kebakaran hutan di beberapa wilayah di Indonesia.

Ditemui di sela-sela seminar Forum Ekologi Global (EFG) di Ibu Kota Provinsi Guizhou itu, dia hanya memberikan saran kepada pemerintah Indonesia mengenai pentingnya mengedukasi masyarakat di sekitar hutan.

"Yang lebih penting lagi, bagaimana mengedukasi masyarakat mengenai lingkungan. Persoalan lingkungan butuh kepedulian masyarakat," kata mantan Ketua Dewan Eksekutif UNESCO itu.

Zhang sangat perhatian dengan kondisi hutan di Indonesia itu karena sebagai salah satu paru-paru dunia yang harus mendapatkan perawatan maksimal.

Oleh sebab itu pula IUCN memilih Indonesia sebagai tempat digelarnya pertemuan tingkat tinggi kawasan Asia tentang restorasi hutan dan tantangan Bonn.

Pertemuan yang membahas upaya global dalam mengatasi kerusakan hutan itu digelar di Palembang, Sumatera Selatan, pada 9-10 Mei 2017.

"Kami pilih negara Anda (sebagai tempat pertemuan pertama). Pemerintah daerah dan pemerintah pusat juga terlihat aktif dalam menangani kerusakan lingkungan," kata Zhang yang juga salah satu pendiri (EFG) itu.

IUCN juga menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam mengatasi kerusakan lingkungan.

"Tentu saja pemerintah kami juga siap mendukungnya karena kami melihat Indonesia sangat penting," kata pria berusia 69 tahun yang juga tercatat sebagai Wakil Menteri Pendidikan China itu.

Menurut dia, misi pelayaran Laksamana Cheng Ho (Zheng He) sebagai orang kepercayaan Yongle, kaisar ketiga dinasti Ming, ke Malaka pada abad ke-15, merupakan titik balik hubungan China dengan Indonesia.

"Sebagai seorang muslim China, Zheng He sangat cerdas. Dia memberikan perspektif yang berbeda dengan pola pikir kolonialisme pada saat itu. Dia bisa menjadikan Indonesia sangat penting bagi China. Sekarang kami ini berkewajiban menjaga sejarah eksebisi Zheng He," ujar Zhang yang baru saja pulang dari Palembang dan banyak mendengarkan tentang kisah heroisme Cheng Ho.

IUCN yang didirikan pada 1948 merupakan salah satu organisasi terbesar di dunia yang menyediakan data, penilaian, dan analisis konservasi lingkungan.

Keanggotaan IUCN cukup unik karena terdiri dari lembaga pemerintah dan organisasi masyarakat sipil serta para pebisnis.

Organisasi yang berkantor pusat di Swiss itu membawahi 1.300 lembaga dan 16.000 orang pakar lingkungan di seluruh dunia.

"Tahun depan kami akan undang secara khusus pemerintah Indonesia untuk menghadiri even tahunan EFG di Guiyang ini," ujar Zhang menambahkan.

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017