"Kesatuan jati diri manusia terdiri dari roh dan jasad. Penyatuan jiwa dan raga mengantarkan manusia menjadi utuh sehingga tidak terjadi pemisahan antara keimanan dan pengamalan, tidak juga perasaan dan perilaku, perbuatan dengan moral, idealitas dengan realitas, tapi masing-masing merupakan bagian yang saling melengkapi," kata Quraish di Masjid Istiqlal Jakarta, Minggu.
Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo beserta putrinya, Kahiyang Ayu dan putranya, Kaesang Pangarep, ikut melaksanakan salat Id di masjid tersebut.
Bersama Presiden dan keluarga, hadir pula Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta Mufidah Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dan istri, Happy Farida, serta para menteri Kabinet Kerja, pimpinan lembaga negara, dan duta besar negara sahabat.
Ia mengatakan Idul Fitri sebagai saat manusia kembali ke asalnya.
"Manusia yang beridul fitri kembali ke asal kejadiannya. Anda menemukan dia teguh dalam keyakinan. Teguh tapi bijaksana, senantiasa bersih walau miskin, hemat dan sederhana walau kaya, murah hati dan murah tangan, tidak menghina dan tidak mengejek, tidak menyebar fitnah, tidak menuntut yang bukan haknya dan tidak menahan hak orang lain," katanya.
Menurut Quraish, Alquran mengajarkan bahwa sebelum manusia ditugaskan ke bumi, Tuhan memerintahkannya transit lebih dahulu di surga agar Adam dan Hawa memperoleh pelajara berharga di sana.
"Situasi demikian, dialami oleh manusia modern pertama itu bukan saja agar jika mereka tiba di bumi mereka rindu kepada surga tapi juga agar beruwaha mewujudkan bayang-bayang surga itu ke dalam kehidupan di bumi ini yakni hidup sejahtera, terpenuhi kebutuhan pokok setiap individu dalam suasana damai bebas dari rasa takut yang mencekam, bebas dari kesedihan yang berlarut," jelas Quraish.
Quraish mengingatkan agar manusia tidak teperdaya dengan tipu daya iblis dan mengalami kepahitan akibat menurutinya.
"Saudara, kata iblis diambil dari bahasa Yunani Kuno, yakni Diabolos yang berarti sosok yang memfitnah, yang memecah belah dan menanamkan prasangka buruk. Dengan beridul fitri hendaknya kita sadar tentang peranan iblis dan pengikut-pengikutnya dalam menyebar fitnah dan hoax serta menanamkan buruk serta memecah belah kesatuan," katanya.
Padahal, selama Bulan Puasa, manusia telah menenun pakaian takwa dengan nilai-nilai luhur.
"Nilai yang sudah disepakati bangsa kita adalah nilai-nilai yang bersumber dari agama dan budaya bangsa yang tersimpul dalam Pancasila. Itulah pakaian kita sebagai bangsa, itulah yang membedakan kita dari bangsa-bangsa lain. Itulah hiasan kita dan itu yang dapat melindungi kita -atas bantuan Allah- dari aneka bahaya yang mengganggu eksistensi kita sebagai bangsa," kata Quraish.
Idul Fitri, ujarnya, momentum umat Islam untuk membina dan memperkukuh ikatan kesatuan dan persatuan, menyatupadukan hubungan kasih sayang antara sesama sebangsa dan setanah air.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017