Sebagian besar di antara mereka mengunjungi narapidana dan tahanan di Cipinang, Jakarta Timur.
Sementara sisanya menyambangi saudara di fasilitas penjara Pondok Bambu yang khusus menangani terpidana dan tahanan perempuan.
Para petugas di rutan Cipinang, tampak kewalahan melayani kunjungan para keluarga yang menjenguk kerabat yang menjadi narapidana dan tahanan di rutan yang kini dihuni sekitar 4.000 orang.
Sekitar 20 petugas rutan Cipinang mendata identitas para pengunjung, memastikan tidak ada barang bawaan yang dilarang--bahkan sampai memindahkan jajanan ke dalam plastik bening, sekaligus mengatur antrian bagi sekitar 5.000 pengunjung.
"Mengingat banyaknya jumlah pengunjung pada hari pertama sampai hari ketiga lebaran, kami membatasi waktu kunjungan maksimal 30 menit," kata Kelapa Sub-Seksi Administrasi Rutan Cipinang, Pance Daniel, saat ditemui Antara.
Situasi di lapas di kompleks yang sama tidak seramai di rutan mengingat jumlah penghuni yang jauh lebih kecil. Namun demikian, sampah masih tetap berserakan di depan bangunan penjara.
"Saya ingin menengok anak saya yang terkena kasus narkoba," kata Rudi yang membawa istri dan tiga anaknya yang masih remaja ke rutan Cipinang. Dia harus antri dari pagi sampai sore untuk bisa masuk ke ruang kunjungan.
Rudi mengaku baru kali pertama merayakan lebaran di kompleks penjara dan merasa sedih karena tidak bisa berkumpul dengan semua anggota keluarga di rumah.
Dia juga tidak bisa pulang ke kampung halamannya di Banyumas, Jawa Tengah, karena anaknya berada di rumah tahanan.
Rombongan Rudi masih terhitung sedikit dibandingkan dengan rombongan lain yang sering kali berjumlah sembilan sampai 10 orang.
Membludaknya pengunjung membuat kompleks rutan dan lembaga pemasyarakatan Cipinang tidak mampu menampung kendaraan. Banyak mobil yang diparkir di jalanan umum depan kompleks penjara, Jalan Bekasi Timur Raya, sehingga menyebabkan kemacetan parah.
Namun demikian,serang petugas parkir yang diwawancara Antara mengatakan bahwa keramaian di kompleks penjara Cipinang pada tahun ini jauh berkurang dibanding tahun lalu.
"Tahun lalu hampir tidak bisa bergerak semua motor yang diparkir di sini," kata dia.
Pondok Bambu
Sementara itu situasi di rutan dan lapas Pondok Bambu, yang khusus menangani tahanan dan terpidana perempuan, tidak seramai di Cipinang mengingat jumlah penghuni yang jauh lebih sedikit.
Di kompleks tersebut, hanya ada sekitar 1.000 penghuni. Sampai dengan siang hari, tercatat sekitar 3.000 orang yang mengunjungi rutan dan lapas Pondok Bambu.
"Kami pada hari ini bisa memberi waktu selama satu jam kepada para pengunjung karena antrian yang tidak terlalu banyak," kata Kepala Lapas Pondok Bambu, Ika Yusanti.
"Kunjungan pada Senin besok mungkin akan jauh lebih banyak karena teman-teman dan kerabat jauh sudah mulai berdatangan. Hari ini biasanya hanya anggota keluarga inti," kata Ika.
Menurut dia, sebagian besar penghuni lapas yang dipimpinnya adalah pengguna dan pengedar narkoba. Beberapa pengunjung yang sempat diwawancara Antara mengaku menyesal tidak bisa menjaga pergaulan anaknya terjebak dalam lingkaran pengguna obat-obatan terlarang.
Para pengunjung kompleks penjara Pondok Bambu terlihat membawa makanan khas lebaran seperti opor ayam dan ketupat.
"Jarang saya bisa memberi makanan semewah ini kepada anak saya di penjara," kata Ida, seorang ibu terpaksa berlebaran di lapas karena anaknya mendapat pidana kasus narkoba.
"Anak saya memang salah pergaulan," kata ida yang membawa anak satunya yang masih balita.
Pihak lapas menginformasikan kedatangan keluarga sejumlah mantan pejabat negara seperti, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadhillah Supari yang baru saja divonis empat tahun penjara karena kasus korupsi.
"Tadi ada sekitar delapan anggota keluarga bu Siti yang datang," kata seorang staf rutan Pondok Bambu yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Selain Siti, beberapa tokoh lain yang menghuni kompleks penjara Pondok Bambu adalah mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Angelina Sondakh. Tidak diketahui apakah ada kunjungan keluarga Putri Indonesia 2001 yang sudah dipenjara selama enam tahun itu.
Pewarta: GM Nur
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017