"Kami setiap tahun selalu menghidangkan kue ratih dalam merayakan Lebaran," kata Halima (55) di Desa Limau, Kecamatan Teluk Keramat, Selasa.
Ia menjelaskan, kue ratih sudah dikenal sejak puluhan tahun lalu oleh sebagian besar masyarakat Melayu di Sambas, dan selalu dihidangkan pada Perayaan Lebaran.
"Untuk membuat kue ratih juga tidak terlalu sulit, cukup menyediakan padi dan gula kelapa atau gula tebu," ungkap ibu empat anak tersebut.
Adapun cara membuat kue ratih, yakni padi secukupnya, lalu diaduk dalam kuali yang sudah dipanaskan, hingga padi tersebut mengembang seperti pop corn.
Kemudian padi yang sudah menjadi pop corn tersebut sesudah dipisahkan dengan kulit padinya, lalu ditumbuh atau diblender hingga halus.
"Setelah itu, gula kelapa dipanaskan hingga mencair, lalu disiramkan ke padi pop corn yang sudah dihaluskan, kemudian diaduk hingga merata, setelah itu dimasukkan ke tempat yang bentuknya sesuai keinginan kita, dan kue ratih sudah siap dihidangkan, yang rasanya gurih dan manis," ujarnya.
Selain itu, menurut Halima, sebagian besar masyarakat juga menghidangkan aneka kue kering, dan kue lapis, seperti lapis perancis, lapis susu, kacang dan lain sebagainya.
Hal senada juga diakui oleh Mahdina (63) salah seorang ibu rumah tangga di Desa Pipitteja. "Kami juga selalu menghidangkan kue ratih dalam menu Lebaran untuk disajikan kepada tamu-tamu," katanya.
Menurut dia, aneka kue mereka hidangkan untuk menjamu tamu-tamu yang berkunjung, baik keluarga terdekat maupun tetangga.
"Khusus keluarga atau Lebaran pertama kami selalu menghidangkan makanan lontong sayur, kemudian baru aneka kue," ujarnya.
Pewarta: Andilala
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017