• Beranda
  • Berita
  • Studi: penglihatan lebah bisa ubah cara drone melihat dunia

Studi: penglihatan lebah bisa ubah cara drone melihat dunia

5 Juli 2017 16:09 WIB
Studi: penglihatan lebah bisa ubah cara drone melihat dunia
DJI Spreading Wings S800 hexacopter (Alexander Glinz via wikipedia.org)
Melbourne (ANTARA News) - Cara lebah mengamati warna bisa merevolusi cara robot dan drone melihat dunia, demikian penelitian di Australia mengungkapkan.

Kemampuan manusia untuk melihat warna sangat dipengaruhi oleh perubahan cahaya di sekitar mereka, namun lebah dapat melihat warna yang sama tanpa mempedulikannya dengan tiga mata di atas kepala mereka dan dua mata utama mereka.

Adrian Dyer, penulis utama studi tentang penglihatan lebah yang diterbitkan oleh Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) University mengatakan bahwa tiga mata di atas kepala lebah memberi contoh cahaya di atas mereka untuk mendeteksi berbagai kondisi.

"Itu berarti otak mereka tahu mereka berada pada kondisi pencahayaan seperti apa dan ketika mereka melihat bunga secara langsung, mereka dapat berkata, 'Ah, ini hari yang cerah, jadi warna yang benar seharusnya muncul seperti ini, atau jika ini adalah hari yang mendung, seharusnya tampak seperti sesuatu yang lain," kata Dyer kepada media Australia.

Dyer mengatakan, penemuan tentang bagaimana tiga mata lebah bekerja, dapat memecahkan masalah lama tentang bagaimana memajukan teknologi yang memungkinkan kamera, robot dan drone untuk melihat dunia.

"Ini adalah masalah yang sangat besar untuk penglihatan mesin, bagaimana membuat keputusan yang dapat diandalkan saat warna cahaya berubah, "kata Dyer.

Dengan menganalisis prosesnya, peneliti mengidentifikasi formula matematika yang digunakan oleh lebah untuk memproses informasi yang dikumpulkan oleh tiga mata, informasi yang dapat diprogram ke dalam komputer.

Mereka percaya bahwa drones yang dilengkapi "penglihatan lebah" bisa memiliki banyak aplikasi praktis, seperti memantau vegetasi untuk kematangan dan memeriksa infrastruktur.

"Gagasan ini sudah ada sejak lama, namun masalahnya adalah bagaimana menilai warna secara akurat," pungkas Dyer. Demikian dilansir Xinhua.

Penerjemah: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017