"Inovasi teknologi untuk sektor pertanian yang terserap di desa sudah banyak, ada vacuum drying, alat penggali tanah, alat membuat tegalan sawah, sistem tanam padi, cara pembersih rumput hingga sistem perbenihan dan pemupukan. Tapi teknologi tepat guna khusus untuk pascapenen ini memang masih perlu dikembangkan lagi," kata Nasir usai membuka pameran Teknologi Tepat Guna (TTG) untuk Desa di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur di Surabaya, Kamis.
TTG pascapanen padi yang ada saat ini, menurut dia, memang sudah mampu memproduksi dari nol sampai dengan 10 ton. Padahal jika teknologi ini dikembangkan lebih baik lagi bisa saja menghasilkan 20 sampai 30 ton.
Selain mendorong pengembangan teknologi dan inovasi meningkatkan produksi pascapanen beras, perlu juga didorong pengembangan dan pemanfaatan TTG pertanian lainnya seperti sistem pengawetan.
"Teknologi sistem pengawetan untuk beras agar tidak mudah rusak atau berkutu jika disimpan di gudang dalam waktu lama sudah ada memang yang mengembangkan, tapi tetap masih perlu dikembangkan lagi. Sistem ozonisasi untuk mengawetkan beras memang sudah ada dikembangkan di Semarang, yang ini tinggal perlu didorong supaya teknologi ini bisa digunakan," ujar Nasir.
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), menurut Nasir, akan berbicara dengan Kementerian Pertanian dan Perum Bulog agar teknologi ozonisasi ini dapat dimanfaatkan agar pengawetan bahan salah satu bahan pokok ini dapat dilakukan lebih lama.
Nasir berjanji bahwa Kementeriannya akan terus mendukung iklim riset dan penelitian di perguruan tinggi sehingga mampu menghasilkan inovasi yang dapat dihilirisasi. Ada berbagai program insentif penelitian di Kemristekdikti salah satunya adalah Program Insentif Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT), Program Pengembangan Teknologi Industri dan Insentif Sistem Inovasi Nasional (INSINAS).
Saat ini Kemristekdikti dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menjalin kerja sama menggelar berbagai program dari perguruan tinggi untuk desa, seperti Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa di Pedesaan, bantuan Teknologi Tepat Guna untuk desa dan lain sebagainya.
"Kita juga mengembangkan program sarjana masuk desa, sarjana bidang sains dan teknologi sangat dibutuhkan untuk masyarakat, sehingga terjadi transfer teknologi di desa," lanjutnya.
Rektor UPN "Veteran" Jawa Timur Teguh Soedarto mengatakan bahwa setelah UPN menjadi perguruan tinggi negeri baru sudah banyak kemajuan yang dicapai.
Teguh mengatakan bahwa universitas yang dipimpinnya memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan desa dan daerah tertinggal di Indonesia. "Teknologi tepat guna karya UPN telah digunakan di 68 kabupaten dari Sabang sampai Merauke. Ada 213 paket teknologi yang telah dimanfaatkan masyarakat di desa dan daerah tertinggal".
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017