Humas Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Hengki LIstria Adi, Selasa mengatakan, peninggian tanggul tersebut harus dilakukan mengingat wilayah tersebut terus mengalami penurunan tanah.
"Dalam catatan kami setiap tahun terus mengalami penurunan tanah atau subsidence sampai dengan lima centimeter," ujarnya saat dikonfirmasi di Sidoarjo.
(Baca: BPLS optimalkan pemantauan tanggul lumpur saat hujan)
Dia bersama dengan tim yang lain, terus melakukan pemantauan dan juga melakukan upaya peninggian tanggul supaya material semburan lumpur dari dalam kolam penampungan tidak meluber keluar.
"Saat ini, elevasi atau jarak antara luberan lumpur dengan bibir tanggul masih sekitar satu meter. Masih dalam batas aman," ujarnya.
Ia mengatakan, peninggian tanggul penahan lumpur ini dilakukan pada titik 67, 68, 81, 83 dan berakhir hingga di titik 42 dengan panjang sekitar delapan kilometer.
"Lokasi tersebut berada di sebelah Utara dan juga Timur pusat semburan lumpur. Sementara di sisi Barat yang berbatasan langsung dengan rel kereta api dan juga Jalan Raya Porong masih terus dilakukan pemantauan," ucapnya.
Ia mengatakan, saat ini pihaknya terus melakukan upaya pengaliran lumpur dari dalam kolam penampungan menuju ke Kali Porong dengan menggunakan bantuan dari kapal keruk.
"Pengaliran lumpur ke Kali Porong masih terus dilakukan sebagai salah satu upaya mengurangi beban dari semburan lumpur yang keluar dari dalam pusat semburan," katanya.
Ia menambahkan, saat ini semburan lumpur masih fluktuatif yakni setiap harinya semburan lumpur ini mencapai 20-40 ribu meter kubik.
"Kondisi ini masih cukup aman. karena pengaliran lumpur dari dalam kolam penampungan ke Kali Porong masih terus dilakukan," ujarnya.
Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017