"Jaket ini kami namai Jetnet, yakni singkatan dari jaket untuk tunanetra," kata Teguh Kurniawan, selaku ketua tim perancang Jetnet, di Semarang, Rabu.
Menurut Teguh, yang memimpin tiga temannya dari Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Undip mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa 2017, cara kerja jaket itu sederhana.
Jetnet, ia menjelaskan, mengandalkan peran sensor di beberapa bagian jaket untuk mendeteksi objek di sekitarnya.
"Begitu sensor mendeteksi ada objek, misalnya lubang atau tembok, segera mengirimkan data ke alat bernama Arduino dan mengirimkan sinyal berupa suara," katanya.
Dari percobaan yang dilakukan, jaket tersebut mengirimkan sinyal suara yang diperdengarkan melalui headset, antara lain berbunyi "awas bawah", "awas depan".
Pada jaket itu setidaknya ada delapan sensor dengan daya jangkau berbeda, yakni depan tiga meter, bawah tiga meter, serong kanan-kiri dua meter, dan kanan-kiri 1,5 meter.
Krismon Budiono, salah satu anggota tim, mengatakan jaket itu dirancang selama sekitar empat bulan dan sudah melalui berbagai revisi dan perbaikan.
"Awalnya, kami pakai jaket berwarna merah. Namun, kurang rapi dan pendeteksian sensor kurang maksimal," katanya.
Biaya untuk riset itu Rp3,1 juta, tetapi biaya untuk membuat satu jaket itu bisa kurang dari Rp1 juta.
"Tenaganya pakainya satu baterai 12 volt. Bisa di-charge. Sensornya bisa dilepas kalau jaketnya mau dicuci. Jadi, sangat mudah dan aman," katanya.
Aris Triwiyatno, dosen Jurusan Teknik Elektro yang menjadi pembimbing tim mahasiswa itu, mengapresiasi ide dari keempat anak didiknya.
"Idenya murni dari mahasiswa. Namanya saja program kreativitas mahasiswa. Mereka ini salah satu dari delapan tim yang dari FT yang maju ke PKM 2017," katanya.
(Baca: Mahasiswa Unair ciptakan kincir air tenaga magnet)
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017