• Beranda
  • Berita
  • Indonesia dorong Afsel memulai perundingan SACU-PTA

Indonesia dorong Afsel memulai perundingan SACU-PTA

22 Juli 2017 10:54 WIB
Indonesia dorong Afsel memulai perundingan SACU-PTA
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (kanan) bersama dengan Menteri Perdagangan dan Industri Afrika Selatan Rob Davies melalukan jumpa pers di Pretoria, Afrika Selatan. Indonesia mengharap Afrika Selatan mendorong untuk dimulainya perundingan SACU-TPA. (Istimewa)

Kami sudah mengirimkan surat ke sekretariat SACU, dan meminta Afrika Selatan untuk bisa mendorong adanya kesepakatan Preferential Trade Agreement

Pretoria (ANTARA News) - Pemerintah mendorong Afrika Selatan untuk memulai perundingan terkait kesepakatan South African Custom Union Preferential Trade Agreement (SACU-PTA), agar dapat menciptakan perdagangan yang seimbang dengan negara-negara di Afrika.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan bahwa Afrika Selatan harus berunding dengan negara-negara anggota SACU terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan untuk penyesuaian atau pengurangan tarif. SACU beranggotakan lima negara yakni Botswana, Lesotho, Namibia, Swaziland dan Afrika Selatan.

"Kami sudah mengirimkan surat ke sekretariat SACU, dan meminta Afrika Selatan untuk bisa mendorong adanya kesepakatan Preferential Trade Agreement," kata Enggartiasto kepada Antara, di Pretoria, Afrika Selatan, Jumat waktu setempat.

PTA merupakan kesepakatan perdagangan antar negara untuk mengurangi tarif produk tertentu yang disepakati oleh negara-negara dalam perjanjian tersebut. Sejauh ini, produk Indonesia untuk masuk ke pasar Afrika Selatan masih dikenakan pajak tinggi berkisar 20-40 persen.

Rencana untuk meningkatkan perdagangan antara Indonesia dan Afrika Selatan terjadi setelah Presiden Joko Widodo dan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma melakukan pertemuan bilateral di Jakarta, pada Maret 2017. Kedua negara sepakat segera membahas hambatan penurunan tarif dan nontarif untuk produk dan komoditi unggulan.

Enggartiasto bertemu dengan Menteri Perdagangan dan Industri Afrika Selatan Rob Davies dalam rangkaian kunjungan kerja ke Afrika Selatan dan Nigeria. Indonesia dan Afrika Selatan mengadakan pertemuan Joint Trade Committee (JTC) untuk mengulas hubungan dagang kedua negara.

"Saya meminta kepada pemerintah Afrika Selatan untuk menindaklanjuti kesepakatan kedua kepala negara mengenai PTA. Kami melihat memang ini tidak mudah untuk menyatukan mereka khususnya terkait kesepakatan tarif," kata Enggartiasto.

Sementara itu, Rob Davies mengatakan bahwa perlu adanya identifikasi dari kedua negara, apakah masalah perdagangan disebabkan oleh tarif atau nontarif dengan bertukar informasi soal perdagangan komplimentari, sebelum mengambil kesepakatan terkait PTA atau kerangka kerja sama lainnya.

"Semua negosiasi untuk mencapai kesepakatan perdagangan termasuk soal penyesuaian tarif, PTA, FTA maupun kesepakatan lain harus diambil oleh SACU secara bersama-sama," kata Davies.



Dorong Kerja Sama Antar Pelaku Usaha

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan bahwa meskipun negosiasi terkait penerapan PTA antara Indonesia dan negara-negara anggota SACU masih dalam proses, kerja sama antar pelaku usaha bisa terus didorong.

"B2B bisa didorong terlebih dahulu karena PTA masih memerlukan proses yang sedikit panjang. Saya melihat, minat pengusaha dari kedua negara sangat besar," kata Arlinda.

Dalam rangkaian kunjungan kerja ke Afrika Selatan, pemerintah memfasilitasi 18 perusahaan dalam negeri dari berbagai sektor unggulan untuk bertemu dan memperkenalkan produk-produknya kepada para pelaku usaha Afrika Selatan.

Dalam kesempatan tersebut, sejumlah pengusaha asal Indonesia dari berbagai sektor diperkenalkan kepada kurang lebih 150 pengusaha Afrika Selatan. Beberapa di antaranya berasal dari sektor produk pertanian perkebunan, kopi, produsen ban hingga produk dan bumbu makanan.

"Dari sebanyak 18 perusahaan yang kita bawa, yang benar-benar memiliki prospek antara lain adalah di bidang konstruksi, pembiayaan ekspor impor, makanan proses dan makanan beku, material pembangunan dan lain-lain," ujar Arlinda.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017