(Baca: Argo: Axel Thomas akui pesan zat psikotropika)
Dalam jangka panjang, "kebahagiaan" yang diberikan jenis psikotropika itu bisa mengubah cara bicara seorang pria berparas tampan sekalipun menjadi cadel.
Ahli kimia farmasi dari Badan Narkotika Nasional (BNN), Kombes Pol Drs. Mufti Djusnir, MSi, Apt., mengungkapkan mereka yang menyalahgunakan jenis psikotropika ini seiring melemahnya daya tahan tubuh, organ sarafnya perlahan rusak.
"Pernah melihat kayaknya cowok ini macho, tetapi kalau ngomongnya cadel? Karena ada sesuatu yang membuat dia begitu. Dulu dia ngomongnya lurus kok sekarang berubah," tutur dia kepada ANTARA News saat ditemui di kantor BNN, Jakarta, Jumat (21/7).
"Apabila penggunaannya sudah menahun, sehingga semakin lemah daya tahan tubuhnya semakin cepat pula terjadinya kerusakan organ saraf (yang menyebabkan salah satunya adalah gangguan syaraf di lidah)," sambung Mufti.
Selain cadel, pengguna happy five juga biasanya berjalan sempoyongan dan berbicara ngaco. Efek yang lebih berbahaya lainnya adalah mengalami gangguan daya pikir.
"Reaksinya enggak lama. Kalau dia konsumsi, 15-25 menit sudah bereaksi, merasa harus istirahat. Kalau dia tetap beraktivitas sementara obat menyuruh otak tidur, akhirnya sempoyongan jalan. Akhirnya jadi ngaco, kadang-kadang ngomognya ngaco," papar Mufti.
Ahli kimia farmasi dari Badan Narkotika Nasional (BNN), Kombes Pol Drs. Mufti Djusnir, MSi, Apt.(ANTARA News/Lia Wanadriani Santosa)
Sebenarnya apa itu happy five dan kandungan apa yang terdapat di dalamnya?
Mufti menjelaskan, secara kasat mata psikotropika ini berbentuk tablet. Nama happy five sendiri merupakan nama dagang. Di dalamnya terkandung zat aktif nimetazepam (turunan benzodiazepin yang umumnya digunakan untuk orang-orang depresi, namun dengan dosis terkontrol).
"Happy five kalau berbicara kelompok zat, termasuk jenis depresan,sifatnya menekan. Begitu masuk dalam tubuh dan dampaknya luar biasa, sehingga yang menyebabkan keputusan para ahli dan pemerintah dimasukan narkotika golongan satu," jelas Mufti.
"Happy five itu kandungan zat aktifnya adalah nimetazepam dan belum resmi di Indonesia, belum ada izin edar dari Kemenkes. Karena mempertimbangkan kalau masih bisa digunakan diazepam kenapa harus beralih," sambung dia.
Selama ini, obat-obatan depresan tak mudah didapatkan, karena harus menyertakan resep dari dokter. Namun, ada pihak-pihak tak bertanggung jawab di luaran yang tiba-tiba menjajakan obat depresi namun dengan potensi kekuatan zat lebih kuat semisal nimetazepam. Inilah alasan happy five mulai populer.
Lantas, bila mengonsumsi happy five bisa membuat ketergantungan?
"Ketergantungan psikis. Merasa depresi ingin tenang. Dia sulit tidur, obat membuat dia istirahat. Sekali dua kali dikasih lagi, lama-lama secara psikis merasa ingin lagi. Sama dengan pecandu rokok. Kalau sedang ingin, sebenarnya enggak merokok pun enggak akan mati. Lidahnya merasa asam," tutur Mufti.
"Kalau sedang depresi, kembalikan siklus jam semula. Malam istirahat, pola hidup sehat, dekat dengan Maha Pencipta, membawa ketenangan. Obat membantu semantara secara fisik, tidak permanen," saran dia.
Apa bisa beresiko membuat penyalahgunanya bunuh diri?
"Setahu saya, untuk jenis happy five tidak untuk bunuh diri. Tetap ada indikasi digunakan untuk bunuh diri, memang bisa. Secara farmasi sangat berbahaya," kata Mufti.
"Mungkin saat ini enggak apa-apa memakai, sekali, dua kali. Tetapi lama kelamaan terjadi penumpukan zat dalam tubuhnya. Maka akan mengalir terus dalam aliran darah. Menahun berisiko membahayakan tubuh," pungkas dia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017