• Beranda
  • Berita
  • Tantangan kendaraan listrik setelah Inggris larang penjualan mobil bensin

Tantangan kendaraan listrik setelah Inggris larang penjualan mobil bensin

27 Juli 2017 10:07 WIB
Tantangan kendaraan listrik setelah Inggris larang penjualan mobil bensin
Mobil listrik Tesla Model S. (pixabay/creative commons)
London (ANTARA News) - Inggris akan melarang penjualan mobil bensin dan diesel mulai tahun 2040 sebagai upaya mengurangi polusi udara sekaligus menandai akhir lebih dari satu abad penggunaan mesin penggerak berbahan bakar fosil yang populer.

Namun dalam proses menuju peralihan ke mobil listrik, Inggris akan menghadapi tantangan dan konsekuensi terkait dengan keputusan tersebut, berikut di antaranya dilansir dari Reuters, Kamis.

Pasar mobil listrik dan hibrida


Di Eropa, mobil listrik penumpang memiliki pangsa pasar yang kecil sebesar 0,2 persen pada tahun 2016, atau hanya 1,3 persen jika mobil bermesin hibrida disertakan dalam jumlah itu.

Ancaman pekerjaan


Mobil yang menggunakan mesin pembakaran konvensional memiliki 1.400 komponen untuk membangun motor penggerak, sistem pembuangan, dan transmisi. Baterai kendaraan listrik dan motor listrik hanya terdiri dari 200 komponen, menurut analis ING.

Mesin pembakaran rata-rata dibuat dengan memakan waktu sekitar 3,5 jam, transmisi rata-rata membutuhkan waktu perakitan 2,7 jam. Motor listrik hanya membutuhkan waktu perakitan sekitar 1 jam, menurut konsultan AlixPartners.

Asosiasi industri otomotif Jerman VDA mengatakan larangan kendaraan bermesin pembakaran pada tahun 2030 akan mengancam lebih dari 600.000 pekerjaan industri Jerman, dimana 436.000 berada di perusahaan mobil dan pemasok.

Di Eropa, terdapat sekitar 126 pabrik yang memproduksi mesin pembakaran, yang mempekerjakan 112.000 orang (66.000 membuat powertrain, 46.000 membuat transmisi). Pabrik mesin terbesar di Eropa adalah pabrik Volkswagen di Kassel.

Peralihan ke mobil hibrida dan listrik akan menciptakan 25.000 pekerjaan baru bagi produsen mobil antara tahun 2015 dan 2030, menurut konsultan Alix Partners dalam studi Global Automotive Outlook 2017.

Kendaraan plug-in hibrida akan membantu melindungi para pekerja dalam jangka pendek karena menggabungkan teknologi mesin pembakaran dan listrik. Mobil hibrida membutuhkan waktu 50 persen lebih banyak atau lebih lama 9 jam dari waktu yang dibutuhkan untuk membuat mobil dengan mesin pembakaran konvensional.

(Baca: Inggris larang penjualan mobil bensin dan diesel mulai 2040)

Titik kritis


Sebesar 60 persen dari ongkos membuat mobil listrik ada pada baterai. Biaya sudah mahal namun turun dengan cepat. Biaya baterai rata-rata turun dari 1.000 dolar AS per kilowatt jam pada tahun 2010, menjadi sekitar 227 dolar AS pada tahun 2016, menurut analis di Barclays.

"Titik kritis" akan terjadi saat biaya kendaraan listrik yang menggunakan baterai akan mencapai titik keseimbangan dengan mesin pembakaran jika baterai hanya 100 dolar AS per kilowatt jam. Itu akan terjadi antara tahun 2020 dan 2030, kata analis Barclays.

Pada tahun 2025, total biaya kepemilikan antara kendaraan listrik dan pembakaran akan mencapai titik yang sama (setelah pajak, biaya bahan bakar dan biaya lainnya). Perkiraan waktu itu bisa lebih cepat jika kendaraan diesel mendapatkan pajak lebih tinggi, kata para analis.

Sebagai hasilnya, Eropa akan memiliki 100 persen pasar kendaraan listrik pada tahun 2035, menurut ING.

Investasi


Hambatan utama dalam mempopulerkan mobil listrik adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengisi ulang, dan kurangnya stasiun pengisian listrik.

London perlu menghabiskan 10 miliar euro untuk membangun infrastruktur pengisian daya ke level pembeli eceran sehingga pengguna bisa memiliki mobil listrik secara praktis, kata AlixPartners. Namun sejauh ini belum ada dana yang telah dialokasikan untuk itu.

Tantangan Jerman


Pada 2016, Inggris merupakan pasar ekspor tunggal terbesar bagi pabrikan Jerman di seluruh dunia. Sebagian kecil mobil diimpor juga ke China dan AS karena produsen pembuat mobil Jerman sudah memiliki pabrik di pasar itu.
Mereka menjual 800.000 mobil baru di Inggris, atau 20 persen dari keseluruhan ekspor global mereka, demikian Reuters.

Penerjemah: Alviansyah P
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017