Direktur PT Velasto Indonesia, Reiza Treistanto, mengatakan Wintor semula adalah alat angkut serba guna yang beroperasi di perkebunan sawit. Namun pada perkembangannya, pasar Wintor akan diperluas hingga bisa digunakan di sektor pertanian dan perkebunan lainnya.
"Dari generasi baru itu kami bikin platform baru, jadi tidak hanya untuk perkebunan, bisa untuk pertanian atau kebutuhan lain," kata Reiza Treistanto di Cikarang, Jawa Barat, Kamis malam.
"Jadi dengan volume yang besar, kami harapkan harga Wintor menjadi lebih murah. Itu salah satu strategi kita, satu platform untuk banyak fungsi," lanjut dia.
Reiza menjelaskan, Wintor model terbaru itu akan dijual dengan harga mulai Rp 60 jutaan.
"Nanti kalau misalnya di kebun dibutuhkan ban khusus dan sebagainya maka akan disesuaikan. Tapi yang paling standar mulai Rp60 juta," lanjut dia.
Sejak diluncurkan pada 2013, kendaraan niaga serba guna Wintor telah digunakan sebanyak 1.200 unit oleh beberapa perusahaan di bawah naungan Grup Astra.
Efisien
Reiza mengungkapkan dengan menggunakan Wintor maka petani di kebun sawit bisa menghemat biaya operasional hingga 40 persen.
"Biaya panen manual, Rp 100 per kilogram buah segar sawit. Dengan Wintor, cost-nya menurun menjadi Rp40-60 per kilogram," jelas dia.
Biaya tersebut, lanjut dia, sudah mencakup pembelian unit kendaraan, operasional, pergantian sukucadang sepeti ban, oli dan rem.
Populasi Wintor paling dominan berada di Kalimantan sebanyak 500 unit dan sebagian besar berada di perkebunan sawit.
"Sawit menantang karena medannya luar biasa. Kalau sukses di sawit, maka di medan lain akan lebih baik," katanya.
Wintor yang menggunakan mesin diesel 400cc sudah menggunakan 86 persen komponen lokal. Adapun generasi terbaru Wintor akan menggunakan mesin 550 cc dengan torsi yang lebih besar.
Kapasitas produksi Wintor saat ini sekitar 3.000 unit per tahun. Reiza mengatakan jika permintaan terhadap kendaraan niaga itu meningkat, maka kapasitas produksi bisa ditingkatkan hingga tiga kali lipat.
Pewarta: Alviansyah P
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017