Iran sukses uji roket peluncur satelit

28 Juli 2017 10:21 WIB
Iran sukses uji roket peluncur satelit
Roket Simorgh diluncurkan dan diuji di Pusat Angkasa Imam Khomeini, Iran, dalam foto handout disiarkan oleh Kantor Berita Tasnim, Kamis (27/7/2017). (Tasnim News Agency/Handout via REUTERS/)
Teheran (ANTARA News) - Iran berhasil menguji coba roket peluncur satelit pada Kamis (27/7), beberapa hari setelah memperingatkan akan merespons sanksi baru Amerika Serikat terhadap program rudal balistik Teheran.

Laporan televisi pemerintah Iran menyebutkan bahwa roket Simorgh, yang dinamai seperti nama burung dalam mitologi Iran, mampu meluncurkan satelit 250 kilogram ke ketinggian 500 kilometer di atas Bumi.

Peluncuran tersebut menandai peresmian Pusat Antariksa Imam Khomeini, yang diambil dari nama pendiri Republik Islam Iran dan dibangun untuk meluncurkan satelit ke luar angkasa.

Stasiun televisi nasional Iran menyiarkan peluncuran roket tersebut dari Pusat Antariksa Imam Khomeini di Provinsi Semnan, Iran timur, lokasi peluncuran roket-roket sebelumnya.

Pusat Antariksa Imam Khomeini berada di "tempat sangat luas yang digunakan untuk persiapan, peluncuran, pengendalian dan pemanduan seluruh kendaraan peluncur satelit" menurut pernyataan Kementerian Pertahanan Iran, yang bertugas menangani program antariksa Iran.

"Kita bisa melakukannya," demikian isi slogan yang tertulis pada roket itu.

Negara-negara Barat menuduh Iran mengembangkan teknologi peluncuran rudal balistik jarak jauh dengan hulu ledak konvensional atau nuklir meski Teheran membantah keras tudingan itu dan mengatakan program antariksanya semata ditujukan untuk tujuan damai.

Empat peluncuran satelit Iran lain, yang diproduksi di negeri itu, sejak 2009 memicu kecaman Barat.

Beberapa jam setelah pengukuman terkini Iran, Amerika Serikat menyebut peluncuran itu sebagai tindakan yang mengacaukan stabilitas regional dan kelihatannya melanggar resolusi Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Kami menganggapnya sebagai kelanjutan pengembangan rudal," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert. "Kami menganggap ini sebagai tindakan provokatif," katanya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.(ab/)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017