• Beranda
  • Berita
  • Band Efek Rumah Kaca tampil di Kamisan, ini alasannya

Band Efek Rumah Kaca tampil di Kamisan, ini alasannya

28 Juli 2017 17:51 WIB
Band Efek Rumah Kaca tampil di Kamisan, ini alasannya
Grup indie Efek Rumah Kaca tampil saat aksi Kamisan ke-500 yang digelar Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (27/7/2017). (ANTARA FOTO/Fanny Octavianus)
Jakarta (ANTARA News) - Band Efek Rumah Kaca (ERK) pada Kamis 27 Juli 2017 tampil di seberang Istana Merdeka Jakarta, bersama beberapa seniman lainnya dalam aksi "500 Kamis" yang menuntut penuntasan kasus-kasus HAM.

"Kami tahu ERK sangat peduli dalam isu keadilan sosial terutama kemanusiaan, juga kelompok seniman lainnya yang kami undang," kata Citra Referandum, koordinator acara 500 Kamis, saat dihubungi pada Jumat, mengenai kehadiran ERK dalam acara tersebut.

Citra mengatakan pihaknya mengajak seniman untuk memperjuangkan keadilan bagi korban pelanggaran HAM berat di masa lalu.

"Kami mengundang mereka dan mereka memberi respons positif datang dengan sukarela, tanpa kami berikan apresiasi materil. Mereka mau diundang dengan sukarela karena sama-sama perduli akan isu ini," katanya.

Dia mengemukakan, selain ERK panitia juga mengundang Simponi, band yang juga aktif memperjuangkan isu kemanusiaan seperti kesetaraan, anti kekerasan terhadap perempuan, anti korupsi, lingkungan hidup.

Penampil lain adalah Wanggi Hoed yang tampil lewat pantomime.

Pada Kamis, usai tampil di hadapan penonton,  ERK menyempatkan diri berbincang dengan pers.

”Kami berharap pemerintah ada kemauan untuk menengok dan mengusut kasus HAM ini” ujar Cholil Mahmud, vokalis ERK kepada pers.

"Semoga Kamis-Kamis berikutnya makin banyak yang support, dengan adanya tekanan ini, pemerintah diharapkan melakukan tugasnya, " ujar Poppie Airil, bassist ERK.

Pada penampilan kali ini ERK membawakan lagu Hilang, Di Udara, dan Mosi tidak percaya.

"500 Kamis" yang diselenggarakan di seberang Istana Merdeka adalah aksi Kamisan yang ke-500. Setiap Kamis para korban dan keluarga korban pelanggaran HAM berat di masa lalu melakukan aksi diam, aksi mengenakan payung hitam untuk meminta pemerintah menyelesaikan kasus-kasus yang belum tuntas.

Acara yang dimulai dari jam 3 sore ini ditutup dengan pembentukan formasi para simpatisan yang membentuk payung yang menjadi simbol dari aksi mereka.
(A038/M.Muqaffi-m01)



Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017