Wayang potehi "Sun Go Kong" berikan pesan moral

30 Juli 2017 21:51 WIB
Wayang potehi "Sun Go Kong" berikan pesan moral
Ilustrasi - Suatu pementasan wayang potehi (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Jakarta (ANTARA News) - Wayang Potehi bertajuk "Sun Go Kong: Kura-kura Putih Membawa Kitab Suci" yang ditampilkan Rumah Cinta Wayang dalam rangkaian acara seni Art Jakarta 2017 memberikan sisipan pesan moral dalam ceritanya.

"Kami bikin sifatnya edukatif dengan awalnya diperkenalkan tentang kisahnya lalu akhir ada pesan moral," tutur Pendiri Sanggar Rumah Cinta Wayang Dwi Woro Retno Mastuti ditemui Antara usai pertunjukan di Jakarta, Sabtu, (29/7).

Kisah Sun Go Kong dimulai dengan keinginan Pendeta Tong dan tiga muridnya untuk bertemu hartawan Kwan Hong dalam perjalanannya mencari kitab suci.

Setelah bertemu, pendeta dan ketiga muridnya melanjutkan perjalanan dan menghadapi halangan saat akan mendapatkan kitab suci.

Orang yang ditemuinya meminta uang suap sebelum memberikan kitab suci. Tidak hanya itu, kitab suci itu ternyata kosong.

Woro menuturkan pesan moral yang dapat diambil dari kisah itu adalah korupsi, suap, kelicikan dan hal-hal negatif harus dihindari karena dapat merugikan orang lain.

Ia mengatakan untuk mengenalkan wayang potehi pada berbagai kalangan agar kesenian yang sudah berumur sekitar 3.000 tahun itu tidak punah, cerita yang dibawakan lebih ringan.

"Wayang potehi klasik memiliki pakem asli yang dipersembahkan untuk para dewa dan berkisah tentang legenda Tionghoa, anak-anak era baru tidak bisa menyerap legenda itu," ucap Woro.

Untuk orang-orang yang baru mengenal wayang potehi, dipilihlah kisah yang ringan dan berisi pesan-pesan moral serta disampaikan dengan cara interaktif.

Selain itu, sanggar tersebut juga mengembangkan kisah-kisah legenda lokal Indonesia dengan wayang-wayang potehi berwujud tokoh legenda di Indonesia yang lebih dekat dengan masyarakat.

Meski sejumlah pihak menyebut penampilan wayang potehi dengan modifikasi itu bukan wayang potehi karena tidak dipentaskan di vihara dan memiliki alur cerita berbeda, Woro berharap kesenian itu terus terpelihara hingga masa mendatang.

(Baca: Wayang potehi ramaikan Art Jakarta 2017)

Pewarta: Dyah Dwi A
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017