BPPT rampungkan pabrik "biopeat" di Pulau Sambu

31 Juli 2017 18:10 WIB
BPPT rampungkan pabrik "biopeat" di Pulau Sambu
BPPT (id.wikipedia.org)
Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merampungkan pembangunan pabrik percontohan "Biopeat" berkapasitas 15 ton per hari yang dapat menjadi solusi pelaksanaan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) bagi petani di lahan gambut.

"September nanti akan kita luncurkan di Pulau Sambu, Riau, tepatnya pabrik percontohan pupuk hayati dari mikroba untuk peningkatan pH tanah gambut. Harapannya ini akan menjadi solusi di masa depan mengurangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) gambut karena teknik bakar benar-benar bisa ditinggalkan," kata Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Eniya Listyani Dewi dalam ASEAN-China Workshop on Sustainable Utilization of Agricultural Peatland di Jakarta, Senin.

Alih teknologi kepada PT Riau Sakti United Plantations (PT RSUP), menurut dia, telah selesai dilakukan, begitu pula pembangunan pabrik percontohan. Produk pupuk hayati bernama "Biopeat" juga telah diuji cobakan di lahan gambut empat hektare (ha) milik perusahaan dan hasilnya panen buah naga, mangga dan sato imo sudah bisa dilakukan.

Senior Advisor Sambu Group Henny Arinarti mengatakan karhutla di gambut tidak terlepas pula dari kebiasaan petani menggunakan cara bakar lahan. Saat kebijakan PLTB dikeluarkan pendapatan petani menjadi berkurang, karenanya diharapkan "Biopeat" bisa menjadi solusi bagi mereka.

"Sejauh ini hasil Biopeat bagus sekali, karena tanpa membakar produksi naik bisa naik tiga kali lipat. Dulu, tanpa abu dari sisa pembakaran hasil panen bisa kerdil, tapi dengan pupuk dari mikroba ini hasilnya berbeda," lanjutnya.

Karena itu, ia mengatakan pihaknya mencoba membuat massal produk "Biopeat" tersebut dan akan dibagikan ke petani di sekitar pabrik. Paling tidak akan ada ratusan petani di lahan gambut bisa menerapkan PLTB.

Eniya mengatakan pembangunan pabrik percontohan "Biopeat" diawali dengan alih teknologi dan percobaan teknologi skala laboratorium. Jika produksi pada pabrik percontohan ini berhasil memberikan manfaat pada petani di lahan gambut maka replikasi diharapkan dapat dilakukan.

"Pembuatan pupuk hayati ini tidak hanya bisa memanfaatkan limbah nanas tetapi juga limbah yang lain seperti sagu. Ini cocok dikembangkan di Meranti, Riau, yang banyak pengolahan sagunya," ujar dia.

BPPT berharap Pemerintah Daerah dapat berinisiatif mendorong adanya replikasi pabrik "Biopeat" di daerah lain yang mayoritas lahannya berupa gambut. "Tidak perlu skala besar, yang penting tersebar sehingga bisa benar-benar menjangkau petani," lanjutnya.

Hal yang juga penting dilakukan, menurut Eniya, adalah edukasi pada masyarakat dan perusahaan soal PLTB. Pilihan pupuk hayati bisa ditawarkan sebagai solusi jangka panjang pada mereka.

(T.V002/B012)

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017