Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memastikan keterlibatan bank swasta dalam konsorsium yang membiayai Light Rail Transit Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (LRT Jabodebek) karena laju pengembalian investasi (internal rate of return/IRR) proyeknya bernilai bagus.Jadi, tidak perlu pakai APBN terlalu banyak."
"Memang konsorsiumnya tidak jadi hanya bank pemerintah karena project IRR-nya bagus," katanya di Jakarta, Senin.
IRR LRT Jabodebek, menurut dia, diupayakan agar mencapai dua digit, berdasarkan kajian dan konsultasi Pricewaterhouse Coopers (PwC) setelah melakukan evaluasi pendanaan, subsidi hingga teknologi yang digunakan.
Pendanaan proyek diraih dari kredit perbankan dan investasi PT KAI (Persero) dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk melalui Penyertaan Modal Negara (PMN).
Dari sisi teknologi, menurut dia, penggunaan sistem persinyalan mengatur perjalanan arus penumpang secara moving block dapat mengangkut lebih banyak penumpang.
Subsidi yang diberikan dalam LRT Jabodebek, menurut Luhut, juga tidak diberikan langsung dalam tiket per orang, melainkan dari selisih kebutuhan operasional dan pendapatan.
"Dan, itu membuatnya jadi bagus," katanya.
Ia menuturkan proyek LRT Jabodebek dengan skema pembiayaan seperti itu bisa jadi model atau rujukan penyelesaian kasus (show case) untuk proyek serupa di wilayah lain.
"Ini jadi peluang untuk showcase bahwa ini bisa dipakai di LRT di Bandung, Surabaya atau Medan. Jadi, tidak perlu pakai APBN terlalu banyak," demikian Luhut Bindat Pandjaitan.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi secara terpisah mengatakan ada dua perbankan swasta, yakni BCA dan CIMB Niaga yang berminat untuk masuk dalam konsorsium pembiayaan LRT Jabodebek.
"Saya dapat keterangan kalau enggak salah BCA sudah mau, dan satu lagi Bank CIMB Niaga. Pemerintah sudah ajak bank swasta," katanya menambahkan.
(Baca juga: Pemerintah tawarkan proyek Stasiun LRT Jabodebek ke swasta)
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017