Sementara itu, pemerintah Myanmar sedang meningkatkan kampanye kesadaran masyarakat tentang virus flu babi tersebut, lapor Reuters.
Menurut Thinzar Aung, wakil direktur departemen penyakit menular di Kementerian Kesehatan dan Olahraga Myanmar, wabah flu babi terbaru dimulai sejak lebih dari seminggu yang lalu, dan Yangon, kota terbesar di Myanmar, mengalami dampak wabah terburuk.
Pihak otoritas setempat telah melakukan kampanye kesadaran kesehatan dan berusaha menenangkan ketakutan publik mengenai wabah flu babi tersebut, meski toko-toko di Yangon telah menjual habis masker bedah.
Pihak otoritas setempat juga telah memberi tahu masyarakat agar tidak panik dan membayangkan wabah tersebut sebagai kejadian musiman reguler.
"Kami tidak pernah menyembunyikan informasi tentang infeksi penyakit ini kepada masyarakat," ujar Menteri Kesehatan Myint Htwe seperti dikuti dalam surat kabar New Global Light of Myanmar, Senin.
Virus H1N1 atau yang lebih dikenal dengan virus flu babi telah menjadi salah satu jenis flu yang beredar di Myanmar sejak pandemi global tahun 2009, meski jumlah kematian akibat virus tersebut belum dilaporkan dalam beberapa tahun terakhir, demikian menurut pejabat dinas kesehatan setempat.
Sementara itu, 51 orang telah dikonfirmasi mengidap penyakit flu babi, menurut laporan kementerian kesehatan. Kementerian tersebut telah meminta rumah sakit dan klinik untuk melaporkan pasien dengan gejala penyakit seperti influensa.
Di sisi lain, Kementerian Peternakan Myanmar juga melaporkan wabah flu burung H5N1 terdapat di wilayah selatan. Lebih dari 1.800 ekor ayam dimusnahkan setelah terdeteksi virus tersebut di sebuah peternakan di kota selatan Dawei bulan lalu.
(Uu.KR-DVI/M016)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017