Hal itu disampaikan Sultan dalam paparan visi dan misinya dengan tema "Menyongsong Abad Samudera Hindia untuk Kemuliaan Martabat Manusia Jogja", menjelang ditetapkan kembali sebagai Gubernur DIY untuk periode 2017-2022 dalam Rapat Paripurna Istimewa di Gedung DPRD DIY, Rabu.
"Peran kawasan-kawasan di bagian selatan pulau Jawa yang memiliki potensi kekayaan samudera alam yang melimpah sangat penting," kata Sultan.
Menurut Sultan, prioritas membangkitkan perekonomian di wilayah selatan DIY itu sejalan dengan misi Asosiasi Negara-Negara Pesisir Samudra Hindia (Indian Ocean Rim Association/IORA), di mana Indonesia masuk di dalamnya.
Asosiasi beranggotakan negara-negara ASEAN, Australia, Asia Selatan, Asia Barat, Afrika Timur, dan Afrika Selatan itu telah membuat kesepakatan kerja sama di bidang perikanan, energi kelautan, pelabuhan dan pelayaran, mineral dasar laut, bioteknologi kelautan, pariwisata, perdagangan, investasi, dan ekonomi.
Dalam konteks itu, menurut Sultan, Yogyakarta bagian selatan mencakup Kabupaten Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Bantul yang wilayah garis pantainya mencapai 126 kilometer itu memiliki posisi strategis dalam lalu lintas perekonomian di Wilayah Samudera Hindia.
Sultan mengatakan upaya menghidupkan kembali perekonomian di pesisir selatan DIY sebetulnya telah tercermin dalam konsep "Among Tani Dagang Layar" dalam visi pembangunan DIY. Melalui konsep itu pembangunan di DIY diorientasikan bukan hanya di sektor pertanian melainkan juga sektor maritim di pantai selatan.
"Nah sekarang bagaimana masyarakat bisa lebih banyak mengambil manfaat dari Samudera Hindia. Nelayan punya keberanian semakin ke tengah (laut) agar tangkapan ikan semakin banyak," kata dia.
Di sisi lain, upaya memprioritaskan pembangunan perekonomian di wilayah selatan, menurut Sultan, juga diharapkan memberikan solusi terhadap tingginya tingkat kemiskinan di wilayah itu.
Ia menyebutkan sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2015, angka kemiskinan di wilayah selatan DIY seperti di Gunung Kidul mencapai 20,83 persen, Bantul 15, 89 persen, dan Kulon Progo 9,50 persen. Lebih tinggi dibandingkan wilayah utara DIY seperti Sleman yang hanya mencapai 9,50 persen dan Kota Yogyakarta 8,57 persen.
"Fenomena ini memberikan latar belakang penting bagi DIY untuk lima tahun ke depan harus memberikan fokus dan perhatian terhadap wilayah bagian selatan Yogyakarta," kata dia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017