Sleman (ANTARA News) - Salak pondoh, komoditas unggulan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, siap merambah pasar Selandia Baru setelah negara tersebut menjalin kerja sama dengan Asosiasi Petani Salak Sleman Prima Sembada.Sejak itu Asosiasi Prima Sembada berkembang dari 300 anggota menjadi 1.400 dan berhasil ekspor salak ke Tiongkok dan Singapura
"Kami telah menjalin kemitraan dengan Selandia Baru, bahkan mereka juga telah memberikan bantuan untuk petani salak untuk pelatihan mutu dan pengemasan salak yang akan diekspor ke Selandia Baru," kata Ketua Asosiasi Salak Sleman Prima Sembada Maryono di Sleman, Sabtu.
Menurut dia, pada bulan Juni 2017, pemerintah Selandia Baru mengeluarkan kebijakan baru tentang standar kesehatan impor untuk salak Indonesia atau The Impor Health Standard (IHS) for Indonesia Salacca.
Standar itu, kata dia, dikeluarkan Kementerian Industri Primer Selandia Baru (New Zealand Ministry of Primary Industries) setelah melakukan konsultasi persyaratan teknis dengan Badan Karantina Pertanian di Kementerian Pertanian RI dan disetujui bersama oleh kedua belah pihak. Pelatihan ini merupakan sarana untuk memperkenalkan IHS kepada Pemerintah Kabupaten Sleman sebagai pintu masuk untuk disebarkan dan dilanjutkan ke petani salak lainnya di seluruh Indonesia.
Ia mengatakan bahwa Sleman menjadi tuan rumah peluncuran IHS ini karena telah menjadi mitra "New Zealand Aid Progamme-Ministry of Foreign Affairs and Trade" sejak 2011.
"Saat itu pemerintah Selandia Baru mendukung lebih dari 300 petani salak Sleman yang terkena dampak letusan Merapi pada tahun 2010 dengan progam pemulihan ekonomi. Saat ini jumlah petani salak yang tergabung dalam Asosiasi Prima Sembada sudah berjumlah lebih dari 1.400 orang petani," katanya.
Maryono mengatakan bahwa dukungan Selandia Baru sebesar Rp2,9 miliar pada tahun 2011 sampai 2013 kepada petani salak Sleman Prima Sembada melalui "Indonesia Disaster Fund" tersebut berhasil dimanfaatakan oleh anggota asosiasi untuk mendapatkan sertifikasi organik.
"Sejak itu Asosiasi Prima Sembada berkembang dari 300 anggota menjadi 1.400 dan berhasil ekspor salak ke Tiongkok dan Singapura," katanya.
Pada tahun ini, kata dia, Kedutaan Besar Selandia Baru mendukung kembali Prima Sembada sebesar Rp129.429.000 untuk memperbaiki fasilitas pengemasan salak.
"Kami mendapat dukungan dana dari pemerintah Selandia Baru sebesar Rp129.429.000 untuk memperbaiki fasilitas packing house (rumah pengemasan salak). Renovasi tersebut sebagai upaya peningkatan kualitas pengemasan yang memenuhi standar ekspor ke Selandia Baru. Target kami akhir Agustus packing house selesai direnovasi," katanya.
Asosiasi Salak Sleman Prima Sembada, kata dia, juga telah melaksanakan pelatihan standarisasi mutu salak yang akan diekspor ke Selandia Baru, pelatihan tentang hama dan penyakit yang tidak boleh masuk ke Selandia Baru dan pelatihan audit karantina.
"Peserta pelatihan terdiri atas perwakilan kelompok tani, pengurus Asosiasi Salak Sleman Prima Sembada, dan karyawan packing house," katanya.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017