Banjarnegara (ANTARA News) - Penyanyi kawakan Katon Bagaskara membuka satu rahasia bahwa lagunya yang berjudul "Negeri di Awan" merujuk ke kawasan Gunung Dieng di dataran tinggi Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.Dieng menjadi inspirasi."
"Saya untuk pertama kalinya datang lagi ke Dieng setelah terakhir ke sini di usia 12 tahun. Dieng menjadi inspirasi," ujarnya di sela-sela pertunjukan musik akustik Dieng Culture Festival (DCF) 2017 di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Sabtu malam (5/8).
Dia bercerita kepada penonton bahwa lagu "Negeri di Awan" yang diciptakannya sangat cocok dengan konteks DCF 2017 karena memiliki keterikatan dengan Dataran Tinggi Dieng.
Saat berkabut tebal, ia mengemukakan bahwa salah satu dataran tinggi termasyur di Jawa Tengah itu laksana desa yang ada di atas awan.
Ia mengatakan dirinya menciptakan lagu "Negeri di Awan" bersama sang kakak, Andre Manika, yang tinggal di Wonosobo, Jawa Tengah.
Kawasan timur (wetan) Dieng termasuk wilayah Kabupaten Wonosobo, sehingga Katon yang lahir di Magelang pada 14 Juni 1966 menyatakan bersama kakaknya memiliki ikatan ingatan terhadap dataran tinggi tersebut.
Dalam penampilan akustik DCF 2017, Katon melantunkan "Negeri di Awan" sebagai lagu kedua, setelah diawali "Terpuruk Ku di Sini".
Katon naik ke panggung secara "misterius" mengenakan jaket dilengkapi topeng muka. Begitu menyanyikan lagu pertama, dia membuka jaket dan topengnya sembari berdendang, serta disambut tepuk meriah penonton DCF 2017.
Katon juga tak lupa membawa penonton larut dalam romantika cinta anak muda saat menyanyikan lagu ketiga di penampilannya berjudul "Tak Bisa ke Lain Hati", sembari turut mengundang Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyumbangkan suaranya di lagu tersebut.
Anggota grup KLa Project itu melanjutkan menyanyikan lagu legendarisnya soal Kota Gudeg "Yogyakarta". Kecintaannya pada Kota Pelajar itu mampu ditularkannya kepada penonton yang turut bernyanyi bersama.
Tidak ingin menghilangkan uforia penonton, dia kembali mengajak hadirin mencair dalam kisah cinta lewat lagu "Dinda".
Sebagai lagu penutup, tembang "Dinda" dibuat sedemikian rupa agar penonton ikut berinteraksi dengan menyanyikan galau karena cinta tersebut. Usai lagu itu dinyanyikan, penonton pun memberikan tepuk tangan bergemuruh di banyak titik kerumunannya.
(Baca: Ribuan lampion terangi langit Dieng)
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017