Kuala Lumpur (ANTARA News) - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas presentasi "Smart Kampung" saat diundang dalam acara Mayor Caucus atau pertemuan wali kota Malaysia, di Kuala Lumpur, Rabu.Desa adalah garda depan pelayanan. Karena Banyuwangi adalah daerah terluas di Pulau Jawa, waktu tempuh dari desa ke pusat kota bisa sampai dua bahkan tiga jam. Maka secara bertahap kami berupaya membangun pelayanan berbasis teknologi di tingkat desa.
Pada kesempatan tersebut Anas mempresentasikan tema "The Transformation of Banyuwangi: Challenges and Outcomes".
Anas mengatakan merupakan kehormatan bagi Banyuwangi bisa diundang dalam forum-forum internasional.
Sebelumnya, Banyuwangi juga diundang mempresentasikan pengembangan daerahnya di sejumlah negara lain seperti Jepang.
"Di forum seperti ini kita bisa mengambil pengalaman dari kota-kota di Malaysia. Jadi saling mengisi. Recharge semangat, recharge ide-ide, untuk bekal mengembangkan daerah ke depan. Belajar praktik global untuk diterapkan sesuai kondisi lokal kami," ujar bupati berusia 44 tahun itu.
Para wali kota di Malaysia juga dijadwalkan mengunjungi Banyuwangi pada akhir tahun ini.
"Kami juga akan wujudkan ini dalam sister city biar mudah bersinergi dan saling berbagi," ujar Anas.
Dalam forum tersebut, Anas menyampaikan sejumlah inovasi daerah di antaranya "Smart Kampung", sebuah program yang mendorong pengembangan desa melalui pendekatan teknologi informasi, perbaikan pelayanan publik, dan ekonomi.
Banyuwangi mempunyai e-village budgeting yang telah diadopsi sejumlah daerah lain di Indonesia untuk meningkatkan tata kelola keuangan desa, yang di dalamnya ada e-monitoring system untuk memantau perkembangan pembangunan desa dari nol sampai seratus persen penyelesaian proyek.
"Desa adalah garda depan pelayanan. Karena Banyuwangi adalah daerah terluas di Pulau Jawa, waktu tempuh dari desa ke pusat kota bisa sampai dua bahkan tiga jam. Maka secara bertahap kami berupaya membangun pelayanan berbasis teknologi di tingkat desa. Beberapa dokumen kini cukup diselesaikan di desa, padahal dulu harus diurus di pusat kota dan lama," ujarnya.
Anas juga menekankan pentingnya perubahan paradigma birokrasi agar lebih responsif.
"Tidak ada daerah yang tumbuh tanpa masalah, mulai dari masalah sosial, ekonomi, sampai keamanan. Tinggal bagaimana merespon masalah tersebut untuk dicarikan solusinya," katanya.
Anas juga memaparkan soal inovasi pengembangan wisata yang membawa Banyuwangi berhasil meraih penghargaan dari Badan Pariwisata Perserikatan Bangsa-Bangsa (The United Nations World Tourism Organization/UNWTO) untuk kategori Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola.
Penataan destinasi juga telah meningkatkan kunjungan wisatawan. Untuk wisatawan domestik, dari tingkat kunjungan sekitar 500.000 wisatawan pada 2010 meningkat menjadi kisaran empat juta orang pada 2016.
Adapun wisatawan mancanegara naik dari kisaran 7.000 menjadi 75.000 wisman. Jumlah penumpang di Bandara Banyuwangi pun melonjak 1.340 persen dari 7.826 orang pada 2010 menjadi lebih dari 112.000 pada 2016.
"Insya Allah kami targetkan Bandara Banyuwangi akan ada international flight secara langsung pada 2020. Pararel dengan itu kini sedang dibangun marina terintegrasi oleh BUMN yang siap menampung yacht-yacht,"
ujar Anas.
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017