Pertemuan dengan agenda membahas masalah pemberantasan terorisme itu merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan Anti Terrorism Council (ATC ), badan antiteror negara Filipina pada bulan Mei 2014.
"Sejak MoU itu ditandatangani memang belum ada implementasi. Nah sekarang, apalagi dengan adanya kejadian di Marawi dan kejadian-kejadian lain di Filipina selatan, kami mengambil inisiatif untuk melaksanakan pertemuan kerja sama yang pertama, tentunya dengan isu-isu masalah yang ada di Filipina," ujar Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius.
Kepala BNPT menyatakan sudah berbicara langsung dengan pemimpin delegasi Filipina agar Indonesia dan Filipina lebih banyak berbagi pengalaman dan juga informasi dalam menangani masalah terorisme.
"Tentunya informasi dan pengalaman mengenai apa yang sudah pernah kita kerjakan yang mungkin saja berguna buat Filipina," ujar mantan Kabareskrim Polri ini.
Ia mengatakan dalam pertemuan tersebut banyak hal yang disimak dengan baik oleh delegasi Filipina, salah satunya mengenai cara Indonesia mengemas dan mengatasi kemajemukan agama, suku, ras dan juga budaya yang di mata Filipina tidak mudah untuk disatukan.
BNPT pun membuka kesempatan setiap saat kepada delegasi Filipina untuk menanyakan sesuatu tentang masalah terorisme.
"Saya dan seluruh delegasi Indonesia memberikan nomor kontak bilamana di kemudian hari ada pertanyaan atau ada hal-hal yang perlu dikomunikasikan agar jangan ragu untuk ditanyakan demi kebaikan bersama," ujarnya
Kepala BNPT menambahkan, selain dengan Filipina kemungkinan nanti juga akan ada pertemuan sejenis bersama Malaysia dan juga Brunei Darussalam.
Ia mengatakan dengan adanya pertemuan bersama enam negara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, serta Australia dan Selandia Baru sebagai peninjau di Manado beberapa waktu lalu selanjutnya akan ada pertemuan lebih besar lagi yang bertingkat regional seperti Asia secara keseluruhan.
Ketua Delegasi Filipina Roy B Ecraela menyambut baik pertemuan perdana yang digagas oleh BNPT tersebut.
"Saya berterima kasih dengan adanya pertemuan ini. Permasalahan yang kami hadapi ini sangat serius sehingga kami ingin tahu dan mendapatkan masukan dari Indonesia mengenai pemberantasan terorisme," ujar dia.
Pihaknya akan mengadakan pertemuan lanjutan dengan Indonesia di Filipina serta berharap pertemuan serupa bisa dilakukan setiap enam bulan sekali.
Direktur Regional dan Multilateral pada Kedeputian III bidang Kerjasama Internasional BNPT Andhika Chrisnayudhanto mengatakan bahwa dengan adanya pertemuan ini permasalahan Foreign Terrorist Fighter (FTF) bisa menemukan titik temu.
"Harapannya dengan adanya pertemuan ini selain permasalahan di Marawi mendapatkan pemecahan dalam mengatasinya, juga dapat menghidupkan apa yang telah disepakati dalam MoU seperti berbagi informasi dan intelijen," ujar dia.
Selain dari BNPT, turut dalam delegasi Indonesia Asisten Deputi Koordinasi Kerjasama Asia Pasifik Kemenkopolhukam Pribadi Sutiono, perwakilan dari Mabes TNI, Densus 88/Anti Teror Polri, PPATK, Imigrasi dan KBRI Indonesia di Filipina.
Sementara delegasi Filipina yang hadir di antaranya Florentino P Manalastas, Jr (Head legal ATC), Emilio T. Fernandez (Direktur Eksekutif Asia Pacifik Kementerian Luar Negeri Filipina), dan beberapa pejabat Kedutaan Besar Filipina di Indonesia.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017