Usai menggelar rapat bersama Bupati Jember Faida dan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus Santoso di Bandara Notohadinegoro, Menteri Budi Karya mengatakan bahwa pengembangan bandara yang nantinya bisa menambah kapasitas penumpang akan memudahkan jemaah calon haji dan umrah menuju Tanah Suci.
"Kita juga memudahkan saudara-saudara kita di Jember dan sekitarnya yang informasinya ada 17 kloter itu untuk jadi bandara embarkasi antara," kata Menteri Budi Karya di Bandara Notohadinegoro Jember, Minggu.
Ia menjelaskan setelah selesai dikembangkan melalui penambahan panjang landas pacu dan perluasan terminal pada tahun 2019, jemaah calon haji bisa diberangkatkan dari Jember kemudian penerbangan dilanjutkan dengan pesawat yang lebih besar melalui Surabaya.
Saat ini, hanya Bandara Internasional Juanda di Surabaya yang ditetapkan sebagai bandara embarkasi haji di Jawa Timur.
Dengan rencana perpanjangan "runway" dari 1.645 meter menjadi hingga 2.500 meter setelah 2019, setidaknya pesawat jenis Air Bus 320 yang dimiliki semua penerbangan nasional bisa mendarat. Sebelumnya, Bandara Notohadinegoro hanya dilayani Garuda Indonesia jenis pesawat ATR 72 tujuan Surabaya-Jember.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Jember Faida mengapresiasi Kementerian Perhubungan yang menindaklanjuti keinginan Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Bandara Notohadinegoro Jember sebagai bandara embarkasi haji.
Menurut dia, selain untuk memudahkan masyarakat Jember menuju Tanah Suci, pengembangan bandara ini juga akan meningkatkan pariwisata Jember yang memiliki banyak wisata religi.
"Begitu banyak yang ingin umrah dan haji. Sekarang kondisinya di lima kabupaten sudah 17 kloter, sedangkan syarat minimal embarkasi 14 kloter. Kita sudah lebih dari syarat minimal tersebut," kata Faida.
Untuk mendukung penetapan embarkasi haji antara, pemerintah daerah juga akan membangun asrama haji dengan dana yang telah disiapkan sekitar Rp200 miliar melalui APBD.
Pewarta: Mentari DG
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017