Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian yakin bahwa produk halal Indonesia mampu mendapat pasar tersendiri dan sanggup bersaing dengan produk dari Benua Biru.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Ditjen Industri Agro Kemenperin Enny Ratnaningtyas terkait pastisipasi Indonesia dalam pameran industri makanan dan minuman di Jerman bernama Allgemeine Nahrung Genussmittel Austellung (ANUGA) 2017.
"Untuk itu, pameran ini menjadi ajang membuka wawasan bahwa industri makanan di Indonesia telah memenuhi syarat terhadap mutu, keamanan pangan ataupun sertifikat yang harus dipenuhi di pasar internasional. Saya yakin, produk halal Indonesia memiliki tempat di pasar Eropa," kata Enny di Jakarta, Senin.
Sebagai pameran makanan dan minuman tingkat internasional yang akan dikunjungi sebanyak 160 ribu orang dari 190 negara berbagai penjuru dunia, diharapkan ANUGA bisa membuka peluang pasar ekspor non tradisional seperti di negara-negara kawasan Amerika Utara, Tengah dan Selatan, Eropa Utara, Tengah dan Timur, Afrika, serta Timur Tengah.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri makanan dan minuman nasional perlu lebih memperluas pangsa ekspor baik pasar tradisional maupun pasar baru dalam upaya mendongkrak kinerjanya.
Selain itu, melakukan terobosan inovasi produk yang dihasilkan sehingga dapat diminati oleh konsumen dalam negeri dan mancanegara.
"Market domestik dan ekspor masih besar. Yang terpenting untuk industri ini juga adalah ketersediaan bahan baku sehingga mendorong investasi terus tumbuh. Pemerintah telah memberikan kemudahan perizinan usaha bagi pelaku industri termasuk sektor IKM," jelasnya.
Kemenperin mencatat, industri makanan dan minuman nasional mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,19 persen pada triwulan II tahun 2017.
Capaian tersebut turut beperan dalam kontribusi manufaktur andalan ini terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri non-migas yang mencapai 34,42 persen atau tertinggi dibandingkan sektor lainnya.
Sementara itu, nilai ekspor produk makanan dan minuman termasuk minyak kelapa sawit pada Januari-Juni 2017 mencapai 15,4 miliar dollar AS.
Kinerja ini mengalami neraca perdagangan yang positif bila dibandingkan dengan impor produk makanan dan minuman pada periode yang sama sebesar 4,8 miliar dollar AS.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017