Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo meresmikan pencatatan produk sekuritisasi aset dengan skema Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) bernama KIK EBA Mandiri JSMR01-Surat Berharga Pendapatan Tol Jakarta Bogor-Ciawi (Jagorawi).Di mana-mana sekarang bicara sekuritisasi, ini penting sekali karena akan memicu arus modal masuk dan juga mengurangi beban APBN kita maupun balanced BUMN
"Alhamdulillah hari ini telurnya sudah pecah (produk sekuritisasi) dan setelah telur satu ini pecah telur-telur yang lain juga pecah terus menerus, baik dari BUMN maupun swasta," ujar Jokowi dalam sambutan di Jakarta, Kamis.
Presiden mengharapkan skema pendanaan melalui penerbitan KIK EBA di dalam negeri lebih marak lagi sehingga memicu arus modal masuk ke dalam negeri dan mengurangi beban APBN.
"Di mana-mana sekarang bicara sekuritisasi, ini penting sekali karena akan memicu arus modal masuk dan juga mengurangi beban APBN kita maupun balanced BUMN," kata Presiden.
Presiden mengingatkan investor dan pelaku usaha agar memanfaatkan momentum ekonomi Indonesia yang sudah level layak investasi (investment grade).
"Indonesia sebagai negara tujuan investasi, dari peringkat delapan loncat keempat, kepercayaan masyarakat kepada pemerintah juga tinggi, itu momentum, kok masih ada yang pesimis," kata Jokowi dalam acara yang juga dihadiri Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Darmin Nasution, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati, Menteri BUMN RI Rini M Soemarno dan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso itu.
Wimboh Santoso mengatakan pencatatan KIK EBA Mandiri JSMR01 adalah yang pertama bagi instrumen KIK EBA yang berbasis "future revenue".
"Ini sebagai salah satu wujud komitmen pasar modal dalam mendukung pembiayaan pembangunan infrastruktur. KIK-EBA PT Jasa Marga (Persero) Tbk merupakan surat berharga Hak atas Pendapatan Tol Jagorawi dengan nilai penerbitan Rp2 triliun," kata.
Ia memperkirakan sektor jasa keuangan tahun ini menyalurkan pembiayaan sebesar Rp717 triliun yang 73 persen berasal dari perbankan nasional, 24 persen dari pasar modal, dan sisanya IKNB.
"Tahun ini Pasar Modal diperkirakan akan dapat menghimpun dana sebesar Rp170,1 triliun," kata dia.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017