Hafid mengatakan, hal itu disebabkan kondisi keuangan masyarakat pembeli kendaraan murah di segmen entry level atau LCGC belum begitu stabil. Berbeda dengan pembeli kendaraan menengah hingga mewah yang cenderung memiliki perekonomian mapan.
"Kalau dari segmentasi motor, semakin rendah harganya maka semakin tinggi risikonya," kata Hafid Hadeli kepada wartawan seusai konferensi pers ulang tahun ke-27 Adira Finance di Jakarta, Kamis.
"Sama juga seperti di mobil. Jika misalnya bicara pembeli CR-V dibandingkan LCGC tentu berbeda...Yang membeli (mobil) segmen lebih mahal, lebih bagus karena konsumennya sudah mapan," sambung dia.
Ia menambahkan kredit macet pada motor selalu lebih besar dibandingkan pada mobil.
Kendati demikian, Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila menyatakan bahwa NPL atau kredit macet merupakan risiko yang tidak bisa dihindari dalam perusahaan pembiayaan.
"Memang di bisnis ini jangan lihat NPL-nya tapi lihat berapa orang yang mewujudkan mimpi-mimpinya. Akan ada nasabah yang bermasalah namun prosesnya sudah standar dan sudah ada komunikasi sebelumnya," kata I Dewa Made Susila.
(Baca: Alasan mengapa kredit mobil dan motor bekas tetap diminati)
Pewarta: Alviansyah P
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017