Mitos seputar daging kambing

1 September 2017 15:14 WIB
Mitos seputar daging kambing
Sate kambing. (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)

... tetapi sebenarnya peningkatan gairah seksual terjadi karena multifaktor dan tidak semata-mata berhubungan dengan makanan...

Jakarta (ANTARA News) - Bicara daging kambing dan menu-menu masakan berbahan daging kambing, mengundang pembicaraan panjang dengan segala bumbu dan mitosnya. 

Pakar gastroenterologi --ilmu tentang penyakit pada sistem pencernaan-- dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Syam, menngungkap mitos seputar daging kambing; hewan yang sering menjadi hewan kurban saat Idul Adha.

"Jika ingat daging kambing, saya ingat beberapa mitos yang sangat diyakini masyarakat kebenarannya," kata dia, di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, salah satu mitos itu adalah makan daging kambing menaikkan tekanan darah, sehingga masyarakat yang menderita hipotensi atau tekanan darah rendah dianjurkan makan kambing agar tensinya naik.

Dia memaparkan, tekanan darah rendah bisa disebabkan berbagai hal, bisa karena perdarahan, kurang minum sampai dehidrasi karena berbagai sebab, kelelahan atau kurang tidur.

Selain itu, tensi yang rendah juga dapat disebabkan karena gangguan pada jantung baik karena kelainan katup atau serangan jantung bahkan gagal jantung, ujarnya.

"Tapi pada sebagian masyarakat tanpa melihat kenapa tensi darahnya rendah langsung mengkonsumsi daging kambing secara berlebihan. Kalau tensi turun karena gangguan jantung makan daging kambing justru akan fatal dan memperburuk keadaan," ucapnya.

Ia juga mengemukakan, mitos kedua yang juga beredar di tengah masyarakat adalah "torpedo" kambing akan meningkatkan gairah dan kinerja seksual konsumennya. Juga, sate kambing setengah matang menimbulkan dampak yang sama.

Dia menuturkan, memang testis kambing banyak mengandung hormon testosteron, tetapi sebenarnya peningkatan gairah seksual terjadi karena multifaktor dan tidak semata-mata berhubungan dengan makanan.

Dia mengingatkan, daging kambing juga daging merah lain seperti sapi mengandung lemak hewani yang biasanya mengandung lemak jenuh. Lemak jenuh ini banyak mengandung LDL lemak jahat yang bisa menumpuk pada dinding pembuluh darah kita.

Selain lemak, lanjutnya, daging kambing juga mengandung protein hewani yang dibutuhkan untuk menggantikan sel-sel yang rusak dan sebagai zat pembangun.

"Daging kambing termasuk juga daging sapi yang akan menjadi santapan utama Hari Raya Kurban mengandung zat gizi yang memang kita butuhkan tetapi kalau jumlahnya berlebihan akan mengganggu kesehatan kita," ujarnya.

Dia juga mengatakan, dampak langsung akibat mengonsumsi daging kambing berlebihan adalah sembelit, dan berpotensi memperparah seseorang yang diketahui menderita penyakit asam lambung.

Belum lagi, lanjutnya, efek jangka panjang berupa peningkatan kadar lemak dan kolesterol darah.

"Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan buat yang siap-siap mengosumsi daging kurban, silahkan mengosumsi daging kurban dan jangan berlebihan. Dan jangan lupa imbangi banyak makan buah dan sayur mengurangi efek samping dari makan daging berlebihan," kata dia. 


Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017