Penggagas BISA Hongkong Award 2017 Arul Muchsen melalui sambungan telepon dari Hong Kong, Senin mengatakan, penyerahan penghargaan tersebut dilakukan di KJRI Hong Kong Minggu (3/9).
Penghargaan diterima langsung oleh sutradara kedua film tersebut yakni Arief Malindo (Surau dan Silek) dan Sahrul Gribran (MARS - Mimpi Anda Raih Semesta).
Arul Muchsen dari BISA (Be Indonesian Smart n Active) Care mengatakan "Surau dan Silek" tidak hanya secara sinematografis sangat baik dan berkualitas, tapi muatan kearifan lokalnya dengan menggunakan bahasa Minang hampir 90 persen.
"Apalagi keberhasilan sineas Arief Malinmudo mengangkat anak-anak daerah bermain dalam film tersebut," katanya.
Sedangkan "MARS-Mimpi Ananda Raih Semesta" yang mengambil gambar di di Oxford University London dinilai membanggakan dunia pendidikan nasional karena mengangkat pelajar terbaik dari Gunung Kidul Yogyakarta yang dulunya miskin berhasil menjadi kawasan unggulan terpadu.
"Film ini menginspirasi banyak putera daerah untuk sekolah dan meraih kesarjanaan," papar pegiat komunitas Demi Film Indonesia itu.
Setelah penyerahan penghargaan, dalam acara yang digagasPusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Be Indonesian Smart n Active (BISA) serta Komunitas Buruh Migran Indonesia (BMI) Berprestasi Hong Kong dan Macau dilanjutkan pemutaran kedua film tersebut.
Sekitar 100 orang Buruh Migran Indonesia serta Konsuler Muda KJRI Hong Kong Dita, turut menyaksikan penayangan "Surau dan Silek" dan "MARS-Mimpi Ananda Raih Semesta".
Sebelumnya Kapusbangfilm Kemdikbud RI Maman Wijaya menilai "Surau dan Silek" dari ranah Minang memiliki pesan kuat dan berkarakter.
"Begitu juga MARS-Mimpi Ananda Raih Semesta menginspirasi para TKW di Hong Kong bahwa pendidikan itu penting sehingga bersama BISA wujudkan BMI Sarjana tentu sangat membanggakan," katanya.
Menurut dia, pemerintah selalu berusaha menjadikan film Indonesia tuan rumah di negeri sendiri dan tamu yang terhormat di negara lain sehingga pihaknya mendukung BISA Hong Kong Film Award mulai tahun ini dan tahun-tahun berikutnya agar film nasional bisa merambah dunia international.
Pengamat perfilman Yan Wijaya menilai kedua film tersebut layak mendapatkan penghargaan karena mengandung unsur pendidikan, pencerahan dan kental dengan budaya Indonesia, yang mana "Surau dan Silek" mengangkat budaya Minangkabau semantara "MARS" menampilkan perjuangan keluarga miskin dari Gunung Kidul yang mampu meraih pendidikan di Oxford University Inggris.
"Kedua film tersebut sederhana namun terbukti sangat menyentuh nurani ratusan tenaga kerja wanita atau BMI. Diharapkan ini akan menginspirasi mereka lebih maju," katanya.
Rencananya tahun depan perhelatan BISA Hong KOng Film Award akan digelar berdekatan dengan HKFilmart dan HK Film Festival 2018 sehingga film nasional bisa lebih beraksi di tingkat dunia.
Pewarta: Subagyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017