• Beranda
  • Berita
  • Muhammadiyah Aid bangun pasar rekonsiliasi di Myanmar

Muhammadiyah Aid bangun pasar rekonsiliasi di Myanmar

7 September 2017 17:51 WIB
Muhammadiyah Aid bangun pasar rekonsiliasi di Myanmar
Arsip: Aksi Peduli Rohingya Sejumlah siswa melakukan penggalangan dana pada aksi peduli Rohingya di SMK Muhammadiyah 1 Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (5/9/2017). Selain melakukan Salat Ghaib para siswa juga melakukan aksi penggalangan dana secara sukarela yang selanjutkan akan disalurkan melalui penyelenggara donasi untuk diberikan kepada warga Rohingya di Myanmar.(ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho)

....Konsepnya sejalan dengan rekomendasi utusan khusus PBB Kofi Anan dan upaya pemerintah Myanmar untuk membangun yang mereka sebut sebagai friendly market."

Jakarta (ANTARA News)  - Setelah merilis sikap resminya terkait kejadian yang menimpa kaum Muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine, Myamar, Muhammadiyah melalui "Muhammadiyah Aid" melanjutkan langkah penyampaian bantuan kemanusiaan yang telah dimulai sejak setahun terakhir bersama anggota Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM).

Dengan dana masyarakat yang dihimpun oleh LAZISMU, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) sebagai implementor lapangan Muhammadiyah Aid segera mewujudkan komitmen bantuan berikutnya yaitu membangun pasar rekonsiliasi sebagai upaya pemulihan ekonomi warga, sekaligus sebagai media membangun upaya perdamaian.

"Januari dan Maret 2017 ini kami telah menyampaikan bantuan kebutuhan dasar warga dan juga mengunjungi kamp pengungsian yang memang mayoritas dihuni oleh warga Rohingya yang muslim. Kami menyaksikan langsung kondisi memprihatinkan sebagaian dari warga terdampak yang berjumlah 500.000 orang, dan 120.000 orang diantaranya tinggal di kamp pengungsian selama 5 tahun," papar Wakil Ketua MDMC, Rahmawati Husein PhD dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis (7/9/2017).

Menurut Rahmawati, dari hasil kunjungan langsung dan juga dialog dengan berbagai pihak yang berada di lokasi saat itu, pasar yang ada masih sangat sederhana dan sangat tidak representatif. Sehingga kebutuhan pembangunannya baik secara fisik maupun secara manajemen pasar perlu ditingkatkan.

"Apalagi pasar menjadi tempat bertemunya semua kalangan dan warga dari berbagai etnis dan golongan, tersedia pasar yang representatif dan menjaga kesempatan untuk bertransaksi dengan baik, membangun kesempatan yang sama mengembangkan perekonomian, dan tentu kampanye perdamaian dan rekonsiliasi bisa berjalan secara organik dan simbolik," kata Rahmawati yang juga Pengarah pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tersebut.

Lebih lanjut Rahmawati menyampaikan bahwa rencana pembangunan pasar perdamaian ini akan diprioritaskan di daerah Sitway atau satuan setingkat Kabupaten di wilayah Negara Bagian Rakhine, yang merupakan lokasi dengan konsentrasi kamp pengungsian terbesar warga selain di Mangdaw, lokasi dimana terjadi krisis kemanusiaan beberapa saat yang lalu. Diharapkan inisiasi pasar perdamaian di Sitway ini akan berkembang juga di Mangdaw di masa mendatang.

"Pembangunan pasar perdamaian ini merupakan bagian dari upaya pencarian solusi multi sektor dan multi layer bagi Muslim Rohingya, yang berlangsung dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Konsepnya sejalan dengan rekomendasi utusan khusus PBB Kofi Anan dan upaya pemerintah Myanmar untuk membangun yang mereka sebut sebagai friendly market," papar Rahmawati.

"Tentu juga akan sangat berkaitan dengan upaya diplomatik lain seperti efektifnya upaya dunia Internasional untuk mendesak pemerintah Myanmar menghentikan serangan kepada Muslim Rohingnya," lanjut Rahmawati.

Sebagai upaya jangka panjang untuk membangun solusi masa depan bagi Muslim Rohingnya dan juga upaya perdamaian di Rakhine, inisiatif ini juga sangat tergantung dari kepercayaan masyarakat untuk menyumbang melalui LAZISMU pada Nomer Rekeing 123 000 5117 371 ( Bank Mandiri) dan 009 1539 444 (BNI Syariah). 

"Upaya ini membutuhkan nafas panjang, karena kami tidak ingin program yang sifatnya hanya sekedar sumbangan sesaat belaka," demikian Rahmawati Husein.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017