"Harus diakui angka konsumsi ikan di Indonesia masih rendah, maka dari itu kami melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan RI terus menggenjot progam gemar makan ikan," kata Kepala Staf Kepresidenan RI Teten Masduki di Sukabumi, Sabtu.
Sebenarnya, Indonesia merupakan negara kelautan yang mempunyai berbagai potensi perikanan baik darat/tawar, laut dan payau. Namun, karena kebiasaan masyarakat yang lebih senang mengkonsumsi daging ayam dan sapi sehingga ikan kurang dilirik.
Padahal kandungan gizi dalam ikan lebih tinggi dibandingkan daging ayam dan sapi. Bahkan, jika rakyat Indonesia sudah mulai beralih ke konsumsi ikan maka progam ketahanan pangan akan lebih cepat.
Lanjut dia, saat ini konsumsi daging sapi sangat tinggi bahkan pemerintah harus mengimpor sapi setiap tahunnya mencapai 1 juta ekor, belum lagi pertumbuhan penduduk yang sudah dipastikan akan meningkatkan konsumsi daging sapi.
Maka dari itu, Indonesia yang merupakan negara maritim sudah seharusnya memanfaatkan sumber protein ini untuk ketahanan pangan. Sehingga kebiasaan konsumsi harus mulai beralih.
"Namun peningkatan konsumsi ikan pun harus dibarengi persediaan di masyarakat, seperti melalui progam budidaya minapadi, bioflok dan lain-lain," tambahnya.
Teten mengatakan jika kebiasaan konsumsi masyarakat beralih maka bisa disubsidi oleh ikan. Selain itu, dengan semakin meningkatnya permintaan maka akan ada potensi untuk peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah juga saat ini tengah berupaya meningkatkan konsumsi ikan perkapitanya yang sekarang hanya 41 kg/kapita ditargetkan naik menjadi 56 kg/kapita.
Pewarta: Aditya A Rohman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017