"Ini adalah bentuk kerja nyata sebagai bagian dari perhatian pemerintah untuk wilayah perbatasan," kata Menhub dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu.
Menhub menjelaskan, bandara itu akan banyak bermanfaat tidak hanya untuk meningkatkan perekonomian wilayah perbatasan, tetapi juga dapat berfungsi sebagai basis pertahanan dan keamanan negara.
"Bandara Letung ini juga disukai turis mancanegara, karena dekat dengan Pulau Bawah yang cukup dikenal akan keindahan alamnya. Pariwisata juga salah tujuan pengembangan ekonomi," ujarnya.
Bandara Letung itu, kata Menhub, memiliki ukuran landas pacu 1.200x30 meter. Landas hubung 125x15 meter dan landas parkir untuk 3 pesawat 125x70 meter.
"Pada 22 November 2016 telah dilakukan terbang perdana. Sekarang sudah ada penerbangan komersial tiap hari Rabu menggunakan Susi Air dengan tarif subsidi Rp350 ribu untuk rute Tanjungpinang (Pulau Bintan) - Letung (Kab. Anambas). Ada juga penerbangan sewa bagi turis yang berkunjung ke Pulau Bawah," katanya.
Untuk akses ke pusat pemerintahan yaitu Kota Tarempa di Pulau Siantan, Menhub mengatakan perlu layanan konektivitas transportasi yang berkelanjutan. Jalur darat dan air, kata dia, masih harus disiapkan dengan benar. Kapal penyeberangan juga diupayakan maksimal satu jam perjalanan karena jarak Pulau Jemaja dan Pulau Siantan 45 mil.
"Menjadi kerja cerdas bagi pemda setempat untuk lebih mengenalkan Kepulauan Anambas ke mancanegara. Saya minta sosialisasinya untuk digencarkan lagi," katanya.
Menhub berharap bandara bisa selesai dibangun akhir 2017 ini. Karena nantinya bisa dilakukan skenario rute penerbangan Batam-Anambas-Natuna atau Tanjungpinang-Anambas-Natuna. Pesawat yang digunakan bisa jenis ATR yang berkapasitas 70 seat (tempat duduk).
"Jika sudah banyak penggunanya tidak perlu lagi disubsidi. Dengan ini pembangunan infrastruktur transportasi di wilayah 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal) mulai menampakkan wujudnya," demikian Menhub.
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017