Trend Micro mencatat terdapat lebih dari 38 miliar serangan yang terdeteksi sepanjang semester pertama 2017.
"Kami berhasil mendeteksi lebih dari 82 juta ancaman ransomware, dengan rata-rata 28 famili baru ransomware terdeteksi setiap bulannya," kata Laksana Budiwiyono, Sales Director, Trend Micro Indonesia, di kantor pusat Trend Micro di Jakarta, Kamis.
Dari catatan selama Januari 2016 hingga Juni 2017, sebanyak 33,77 persen dari total ancaman ransomware global terdeteksi masuk ke kasawan Asia Pasifik.
Dari angka tersebut, 7,44 persen di antaranya terdeteksi di wilayah Indonesia yang membuat negara ini berada di posisi ketiga setelah India dan Vietnam. Jika dibandingkan dalam skala global Indonesia memiliki persentase 2,49 persen.
"Problem yang sering terjadi adalah kebanyakan sudah terserang baru menyadari pentingnya solusi keamanan. Lebih dari itu, karena bad guy semakin lama semakin pinar, proteksi tradisional tidak cukup. Perlu keamanan berjenjang," ujar Laksana.
Tidak hanya dari teknologi, segi sumber daya manusia juga perlu diperhatikan. Pelatihan tentang serangan siber dirasa perlu dilakukan.
"SOP, seperti tidak boleh colok USB sembarangan. Kemudian, training. Kami sendiri melakukan edukasi karyawan untuk mengikuti training anti-spam, phishing," kata Laksana.
Sektor yang rawan diserang ransomware, menurut Laksana adalah layanan publik yang berpengaruh kepada masyarakat luas. Selain itu, sektor perbankan dengan online banking masih berisiko.
"Lebih dari 2.000 serangan online banking di Indonesia pada semester pertama 2017," ujar Laksana.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017