"Tidak ada impor, berarti kita telah swasembada pada komoditi tersebut, dan untuk bawang merah, kita kini malah mengekspor," kata Suwandi, Plt. Bito Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian dalam siaran persnya, Kamis.
Suwandi menegaskan bahwa swasembada dan ekspor tersebut merupakan kemampuan meyakinkan Indonesia untuk mewujudkan visi lumbung pangan dunia pada 2045.
Langlah selanjutnya adalah swasembada bawang putih dan gula konsumsi pada 2019, kedelai pada 2020, gula industri pada 2024 dan daging sapi pada 2026.
"Kita sudah berada di jalur yang tepat menuju visi kita saat Indonesia berusia satu abad,†tegas Suwandi.
Bersamaan dengan swasembada tadi, Suwandi mengungkap bahwa kesejahteraan petani turut meningkat. Buktinya indikator kemiskinan di pedesaan turun 4,7 persen.
“Awalnya penduduk miskin di desa Maret 2015 sebanyak 17.94 juta jiwa, turun Maret 2017 menjadi 17.09 juta jiwa.†jelasnya.
Kementerian Pertanian akan terus melaksanakan proses struktural yang menjamin visi lumbung pangan dunia 2045 terwujud. Pertama, mengembangkan industrialisasi berbasis agro berdasarkan keunggulan komparatif.
“Indonesia harus jaya kembali untuk kopi dan rempah-rempah. Integrasi aktivitas hulu-onfarm-hilir dibangun berbasis kawasan berskala ekonomi sehingga diperoleh nilai tambah dan pendapatan penduduk setempat,†jelas Suwandi.
Kedua, memperkuat infrastruktur sehingga memperlancar arus distribusi dari desa ke kota, di desa dibangun jalan, irigasi/embung, listrik, telekomunikasi, lembaga keuangan, pasar tani dan lainnya.
Ketiga, industrialisasi di pedesaan akan menyerap banyak tenaga kerja, sehingga perlu peningkatan kapasitas SDM menjadi profesional dan produktif. SDM pedesaan dilatih menggunakan alat mesin, perbengkelan, jasa dan lainnya sesuai standar kompetensi.
Keempat, keterbatasan jumlah petani diatasi dengan mekanisasi. Kementan menyediakan 80.000-100.000 unit alat mesin pertanian setiap tahunnya.
Dengan mekanisasi seperti traktor, pompa air, rice transplanter, combine harvester dan Rice Milling Unit terbukti bisa menekan biaya hingga 40 persen, waktu, tenaga, dan menurunkan susut hasil 4-8 persen dan meningkatkan mutu.
"Teknologi mekanisasi inilah yang membuat generasi muda kini berminat terjun ke pertanian dan pedesaan, dan generasi muda pun merespon positif program Kementerian Desa-PDT kini.†demikain Suwandi.
Pewarta: Suryanto
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017