Bintang laut mahkota duri pengunyah karang merupakan predator alami, tetapi mereka berkembang biak dengan sangat pesat akibat polusi di ekosistem yang masuk dalam daftar Warisan Dunia UNESCO tersebut.
Dampaknya sangat besar. Banyak studi mengenai kesehatan karang sepanjang 2.300 kilometer tersebut menunjukkan cakupan karang merosot separuh dalam 27 tahun terakhir, dengan 42 persen kerusakan terjadi akibat hama bintang laut mahkota duri.
Kini penelitian Australian Institute of Marine Science (AIMS) menunjukkan bintang laut mahkota duri menghindari kawasan yang dihuni siput laut triton Pasifik, yang dikenal sebagai triton raksasa.
Siput yang dapat tumbuh hingga setengah meter tersebut memiliki indera penciuman yang berkembang baik dan bisa memburu mangsa mereka dengan mencium baunya saja.
Penelitian menunjukkan mereka sangat suka bintang laut mahkota duri, tetapi hanya memangsa beberapa setiap pekan. Selain itu triton raksasa banyak diburu untuk diambil cangkangnya, jadi jumlah yang tersisa tidak banyak.
Itu mendorong pemerintah Australia pada Senin mengumumkan dana riset pengembangbiakan triton raksasa.
"Peluang yang terbuka dalam proyek pengembangbiakan triton sangat menarik," kata anggota parlemen federal Queensland, Warren Entsch, sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
"Kalau sukses, riset ini akan memungkinkan para ilmuwan melihat dari dekat dampak triton raksasa pada perilaku bintang laut bermahkota duri dan uji potensi mereka sebagai alat pengelola untuk membantu mengurangi hilangnya koral akibat kejadian luar biasa."
Triton raksasa di AIMS telah menghasilkan banyak kapsul telur, dengan 100.000 lebih larva perenang yang menetas bulan lalu. Namun mereka sangat langka sehingga siklus hidupnya tidak banyak diketahui.
Riset akan fokus untuk membantu transisi larva tumbuh menjadi remaja dan dewasa, memberikan wawasan bernilai mengenai biologi mereka, dengan tujuan akhir mengerahkan mereka untuk mencegah bintang laut mahkota duri berkembang cepat selama masa pemijahan.
Sampai sekarang bahan kimia mahal seperti garam empedu digunakan untuk mengatasi bintang laut itu, namun penggunaannya bisa membahayakan organisme laut yang lain.
Pada April, riset menunjukkan mereka bisa mati karena cuka rumah tangga, namun tim penyelam harus secara individual menyuntik masing-masing bintang laut supaya mereka mati, menjadikannya sebagai pekerjaan sulit.
Great Barrier Reef, struktur hidup terbesar di Bumi, juga menghadapi pemutihan karang akibat peningkatan temperatur yang berkaitan dengan perubahan iklim. (hs)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017