China dukung Myanmar hadapi kemelut Rohingya

19 September 2017 14:48 WIB
China dukung Myanmar hadapi kemelut Rohingya
Menteri Luar Negeri China Wang Yi. (Reuters)

China menganjurkan Myanmar dan Bangladesh menyelesaikan masalah tersebut melalui dialog dan konsultasi."

Beijing (ANTARA News) - China mendukung upaya Pemerintah Myanmar melindungi keamanan negaranya dan menentang serangan baru-baru ini di negara bagian Rakhine, kata Menteri Luar Negeri China Wang Yi kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres.

Tanggapan militer terhadap serangan petempur di Myanmar barat pada bulan lalu tersebut membuat lebih dari 410.000 warga Rohingya melarikan diri ke negara tetangga, Bangladesh, dan dinyatakan PBB sebagai pembersihan suku.

Pemerintah Myanmar mengatakan sekitar 400 orang tewas dalam pertempuran tersebut.

Inggris, Prancis dan Australia pada Senin (18/9) mendesak pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi mengakhiri kekerasan militer terhadap Rohingya.

Penasihat keamanan negara Suu Kyi mengatakan yang melarikan diri dapat kembali ke Myanmar, namun aturannya harus dibahas lebih dulu.

Wang mengatakan kepada Guterres dalam sebuah pertemuan di PBB bahwa China "memahami dan mendukung" upaya Myanmar untuk melindungi keamanan di Rakhine dan berharap konflik dapat segera terselesaikan, demikian keterangan Kementerian Luar Negeri China, Selasa.

China mengungkapkan simpatinya kepada mereka yang telah melarikan diri ke Bangladesh dan akan mengirim bantuan kemanusiaan ke Bangladesh, ujar Wang, selayaknya dikutip Reuters.

"China menganjurkan Myanmar dan Bangladesh menyelesaikan masalah tersebut melalui dialog dan konsultasi," kata Kementerian Luar Negeri China, mengutip ujaran Wang.

Selain itu, ia mengemukakan, "China bersedia untuk terus mempromosikan pembicaraan damai dengan caranya sendiri, dan berharap masyarakat internasional dapat memainkan peran yang konstruktif untuk meredakan situasi dan mempromosikan dialog," katanya.

China dan Myanmar memiliki hubungan erat di bidang ekonomi dan diplomatik, namun China membantah perkiraan bahwa demokratisasi di bekas Birma itu menyebabkan hubungan lebih lemah di antara kedua negara.


Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017